Kata Pengantar
Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga berhasil
menyelesaikan Tugas makalah ini yang berjudul “Individu, Keluarga dan
Masyarakat”
Tugas makalah ini berisikan tentang informasi
Pengertian Manusia sebangai Individu, Keluarga dan Masyarakat. Diharapkan
sajian tugas ini dapat memberikan tambahan informasi kepada kita semua tentang
Individu, Keluarga dan Masyarakat. Saya menyadari
bahwa tugas makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi
kesempurnaan tugas makalah ini.
Akhir kata, Saya sampaikan terima kasih kepada semua
pihak. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
2. DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................................
Daftar
Isi.................................................................................................................................
BAB 1 Pendahuluan................................................................................................................
Latar
Belakang...............................................................................................................
Rumusan
Masalah...........................................................................................................
Tujuan..................................................................................................................................
BAB 2 Pembahasan......................................................................................................................
Pengertian Pertumbuhan
dan Perkembangan...................................................
Pengertian Individu ....................................................................................................
Pengertian Keluarga....................................................................................................
Pengertian Fungsi Keluarga.............................................................................................
Macam – Macam Fungsi Keluarga.............................................................................
Pengertian Masyarakat....................................................................................
Golongan – Golongan Masyarakat..................................................................................
Makna dari Individu....................................................................................
Makna dari Keluarga....................................................................................
Makna dari Masyarakat....................................................................................
Hubungan Antara
Individu, Keluarga dan Masyarakat.................................................
Pengertian dari Urbanisasi....................................................................................
Proses Urbanisasi....................................................................................
BAB 3
PENUTUP....................................................................................
Kesimpulan dan Saran....................................................................................
Daftar Pustaka....................................................................................
BAB
1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia sebagai makhluk individu, keluarga, dan masyarakat
oleh karenanya manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial yang selalu hidup
berkelompok atau berorganisasi dan membutuhkan orang lain. Masyarakat merupakan
wadah berkumpulnya individu-individu yang hidup secara sosial, masyarakat
terdiri dari ‘Saya’, ‘Anda’ dan ‘Mereka’ yang memiliki kehendak dan keinginan
hidup bersama. Kita tahu dan menyadari bahwa manusia sebagai individu dan
makhluk sosial serta memahami tugas dan kewajibannya dalam setiap tatanan
kehidupan berkelompok dan dalam struktur dan sistem sosial yang ada.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian dari pertumbuhan dan perkembangan
?
2.
Apa pengertian Individu?
3.
Apa pengertian keluarga?
4.
Apa pengertian dari fungsi keluarga ?
5.
Apa saja macam – macam fungsi keluarga ?
6.
Apa pengertian dari masyarakat ?
7.
Apa saja golongan – golongan masyarakat ?
8.
Apa makna dari individu ?
9.
Apa makna dari keluarga ?
10.
Apa makna dari masyarakat ?
11.
Apa hubungan antara individu, keluarga dan
masyarakat ?
12.
Apa pengertian dari urbanisasi ?
13.
Bagaimana proses urbanisasi ?
C.
TUJUAN
1. Untuk
mengetahui pengertian pengertian pertumbuhan dan perkembangan
2. Untuk
mengetahui pengertian individu
3. Untuk
mengetahui pengertian keluarga
4. Untuk
mengetahui pengertian fungsi keluarga
5. Untuk
mengetahui macam – macam fungsi keluarga
6. Untuk
mengetahui pengertian masyarakat
7. Untuk
mengetahui golongan – golongan masyarakat
8. Untuk
mengetahui makna dari individu
9. Untuk
mengetahui makna dari keluarga
10.
Untuk mengetahui makna dari masyarakat
11.
Untuk mengetahui hubungan antara individu,
keluarga dan masyarakat
12.
Untuk mengetahui pengertian dari urbanisasi
13.
Untuk mengetahui proses urbanisasi
BAB
2
PEMBAHASAN
I. Pertumbuhan dan
Perkembangan
Pada pembahasan konsep mengenai
perkembangan individu ini, kami akan merangkaikan pengertian perkembangan
dengan pertumbuhan. Hal ini dikarenakan dua kata tersebut dalam kedudukannya
sebagai pengubah serta pemberi pengaruh terhadap diri individu tidak dapat
dipisahkan keberadaannya. Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah
perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun
individu yang bisa diukur dengan berat, ukuran panjang, umur tulang dan
keseimbangan metabolic/bersifat kuantitatif (Soetjiningsih,1988). Pertumbuhan
dapat juga diartikan sebagai bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian
atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
Perkembangan adalah bertambah kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses
pematangan. Perkembangan menyangkut adanya proses pematangan.sel-sel
tubuh,jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian
rupa,sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya termasuk juga emosi,intelektual
dan tingkah laku sebagai hasil iteraksi dengan lingkungan (Soetjiningsih,
1988). Perkembangan (development) juga merupakan suatu proses yang pasti di
alami oleh setiap individu, perkembangan ini adalah proses yang bersifat
kualitatif dan berhubungan dengan kematangan seorang individu yang ditinjau
dari perubahan yang bersifat progresif serta sistematis di dalam diri manusia.
Akhmad Sudrajat : 2008, memberikan definisi bahwa “Perkembangan dapat diartikan
sebagai perubahan yang sistematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri
individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai
perubahan – perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau
kematangannya.”
Adapun ciri – ciri pertumbuhan dan
perkembangan yaitu kontinu; ada masa percepatan dan perlambatan; erkembangan
mempunyai pola yang sama untuk semua individu, tetapi untuk kecepatan
berbeda-beda untuk tiap individu, sangat dipengaruhi lingkungan; perkembangan
erat dengan maturasi susunan saraf pusat; dan refleks primitif hilang sebelum
gerakan volunteer tercapai.
Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran, volume serta jumlah sel yang
ditandai dengan pertambahan panjang, berat dan tinggi makhluk hidup yang
bersifat irreversibel (tidak dapat kembali ke bentuk semula) dan kuantitatif
(dapat diukur). Perkembangan adalah suatu proses dari organisme muda menuju
keadaan yang lebih dewasa (matang secara seksual sehigga dapat melakukan
reproduksi), serta bersifat kualitatif (tidak dapat diukur).
Berikut ini contoh yang dapat
memperjelas perbedaan antara petumbuhan dan perkembangan.
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan Tanaman mangga yang tumbuh dari tanaman muda yang kecil menjadi
tanaman yang lebih besar dan bercabang rindang. ukurang tinggi, berat dan
volume dari batang dan daun tanaman mangga tadi dapat diukur dengan menggunakan
alat ukur yang ada.
2. Perkembangan
Tanaman mangga yang ketika menjadi tanaman muda tidak menghasilkan bunga dan buah, setelah beberapa tahun ditumbuhkan, dapat menghasilkan bunga dan buah yang bertujuan untuk perkembangbiakan dan reproduksi. Proses ini tidak dapat diukur karena kematangan seksual tanaman mangga tadi dapat berbeda – beda antara satu individu dengan individu lain, tergantung dari faktor yang mempengaruhi.
Tanaman mangga yang ketika menjadi tanaman muda tidak menghasilkan bunga dan buah, setelah beberapa tahun ditumbuhkan, dapat menghasilkan bunga dan buah yang bertujuan untuk perkembangbiakan dan reproduksi. Proses ini tidak dapat diukur karena kematangan seksual tanaman mangga tadi dapat berbeda – beda antara satu individu dengan individu lain, tergantung dari faktor yang mempengaruhi.
Berdasarkam uraian-uraian tersebut, maka
dapat diartikan bahwa pertumbuhan fisiologis/fisik individu tidak ada artinya
bila individu itu tidak mau melakukan proses pembelajaran untuk memiliki suatu
kompetensi, keterampilan atau kemampuan tertentu sebagai bentuk pengembangan
diri.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan individu, yaitu:
a) Faktor Biologis
Semua manusia normal dan sehat pasti memiliki anggota tubuh yang utuh
seperti kepala, tangan , kaki dan lainya. Hal ini dapat menjelaskan bahwa
beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku. Namun ada warisan biologis
yang bersifat khusus. Artinya, setiap individu tidak semua ada yang memiliki
karakteristik fisik yang sama.
b) Faktor Geografis
Setiap lingkungan fisik yang baik akan membawa kebaikan pula pada
penghuninya. Sehingga menyebabkan hubungan antar individu bisa berjalan dengan
baik dan menimbulkan kepribadian setiap individu yang baik juga. Namun jika
lingkungan fisiknya kurang baik dan tidak adanya hubungan baik dengan individu
yang lain, maka akan tercipta suatu keadaan yang tidak baik pula.
c) Faktor Kebudayaan Khusus
Perbedaan kebuadayaan dapat mempengaruhi kepribadian anggotanya. Namun,
tidak berarti semua individu yang ada didalam masyarakat yang memiliki
kebudayaan yang sama juga memiliki kepribadian yang sama juga.
Dari semua faktor-faktor di atas
dan pengaruh dari lingkungan sekitar seperti keluarga dan masyarakat maka akan
memberikan pertumbuhan bagi suatu individu. Seiring berjalannya waktu, maka
terbentuklah individu yang sesuai dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan
sekitar.
II
Individu
Individu berasal dari kata yunani yaitu “individium” yang
artinya “tidak terbagi”. Dalam ilmu sosial paham individu, menyangkut tabiat
dengan kehidupan dan jiwa yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup
manusia. Individu merupakan kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia
perseorangan bukan sebagai manusia keseluruhan. Maka dapat disimpulkan bahwa
individu adalah manusia yang memiliki peranan khas atau spesifik dalam kepribadiannya.
Dan terdapat tiga aspek dalam individu yaitu aspek organik jasmaniah, aspek
psikis rohaniah, dan aspek sosial. Dimana aspek aspek tersebut saling
berhubungan. Apabila salah satu rusak maka akan merusak aspek lainnya.
a.
Berikut
pengertian Individu menurut para ahli
·
Menurut Marthen Luter:
Individu berasal dari kata individum (Latin), yaitu
satuan kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Individu menurut konsep Sosiologis
berarti manusia yang hidup berdiri sendiri. Individu sebagai mahkluk ciptaan
tuhan di dalam dirinya selalu dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang meliputi
raga, rasa, rasio, dan rukun.
·
Raga, merupakan bentuk jasad manusia
yang khas yang dapat membedakan antara individu yang satu dengan yang lain,
sekalipun dengan hakikat yang sama.
·
Rasa, merupakan perasaan manusia yang
dapat menangkap objek gerakan dari benda-benda isi alam semesta atau perasaan
yang menyangkut dengan keindahan
·
Rasio atau akal pikiran, merupakan
kelengkapan manusia untuk mengembangkan diri, mengatasi segala sesuatu yang
diperlukan dalam diri tiap manusia dan merupakan alat untuk mencerna apa yang
diterima oleh panca indera
·
Rukun atau pergaulan hidup, merupakan
bentuk sosialisasi dengan manusia dan hidup berdampingan satu sama lain secara
harmonis, damai dan saling melengkapi. Rukun inilah yang dapat membantu manusia
untuk membentuk suatu kelompok sosial yang sering disebut masyarakat.
·
Menurut Viniagustia
Merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk
menyataan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas.
b.
Pertumbuhan
Individu
Perkembangan manusia yang wajar dan normal harus melalui
proses pertumbuhan dan perkembangan lahir batin. Dalam arti bahwa individu atau
pribadi manusia merupakan keselurhan jiwa raga yang mempunyai cirri-ciri khas
tersendiri. Walaupun terdapat perbedaan pendapat diantara para ahli, namun
diakui bahwa pertumbuhan adalah suatu perubahan yang menuju kearah yang lebih
maju, lebih dewasa. Timbul berbagai pendapat dari berbagai aliran mengenai
pertumbuhan. Menurut para ahli yang menganut aliran asosiasi berpendapat, bahwa
pertumbuhan pada dasarnya adalah proses asosiasi. Pada proses asosiasi yang
primer adalah bagian-bagian. Bagian-bagian yang ada lebih dahulu, sedangkan
keseluruhan ada pada kemudian. Bagian-bagian ini terikat satu sama lain menjadi
keseluruhan asosiasi. Dapat dirumuskan suatu pengertian tentang proses asosiasi
yaitu terjadinya perubahan pada seseorang secara tahap demi tahap karena
pengaruh timbal balik dari pengalaman atau empiri luar melalui pancaindera yang
menimbulkan sensations maupun pengalaman dalam mengenal keadaan batin sendiri
yang menimbulkan sensation.
Menurut
aliran psikologi gestalt pertmbuhan adalah proses diferensiasi. Dalam proses
diferensiasi yang pokok adalah keseluruhan sedang bagian-bagian hanya mempunyai
arti sebagai bagian dari keselurhan dalam hubungan fungsional dengan
bagian-bagian yang lain. Jadi menurut proses ini keselurhan yang lebih dahulu
ada, baru kemudian menyusul bagian-bagiannya. Dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan ini adalah proses perubahan secara perlahan-lahan pada manusia
dalam mengenal suatu yangsemula mengenal sesuatu secara keseluruhan baru
kemudian mengenal bagian-bagian dari lingkungan yang ada.
Konsep
aliran sosiologi tentang pertumbuhan menganggap pertumbuhan itu adalah proses
sosialisasi yaitu proses perubahan dari sifat mula-mula yang asosial atau juga
sosial kemudian tahap demi tahap disosialisasikan.
c.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan
·
Pendirian Nativistik. Menurut para ahli dari
golongan ini berpendapat bahwa pertumbuhan itu semata-mata ditentukan oleh
factor-faktor yang dibawa sejak lahir
·
Pendirian Empiristik dan environmentalistik.
Pendirian ini berlawanan dengan pendapat nativistik, mereka menganggap bahwa
pertumbuhan individu semata-nmata tergantung pada
lingkungan sedang dasar tidak berperan sama sekali.
·
Pendirian konvergensi dan interaksionisme.
Aliran ini berpendapat bahwa interaksi antara dasar dan lingkungan dapat
menentukan pertumbuhan individu.
d.
Tahap
pertumbuhan individu berdasarkan psikologi
·
Masa vital yaitu dari usia 0 sampai kira-kira 2
tahun.
·
Masa estetik dari umur kira-kira 2 tahun sampai
kira-kira 7 tahun
·
Masa intelektual dari kira-kria 7 tahun sampai
kira-kira 13 tahun atau 14 tahun
·
Masa sosial, kira-kira umur 13 atau 14 tahun
sampai kira-kira 20 – 21 tahun
III. KELUARGA
Keluarga merupakan kesatuan dari
orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi yang menciptakan
peranan-peranan sosial bagi si suami dan istri, ayah dan ibu, putra dan putri,
saudara laki-laki dan saudara perempuan. Peranan-peranan tersebut dibatasi oleh
masyarakat, tetapi masing-masing keluarga diperkuat melalui sentimen-sentimen
yang sebagian merupakan tradisi dan sebagian lagi emosional yang menghasilkan
pengalaman.
Keluarga adalah pemelihara suatu
kebudayaan bersama yang diperoleh pada hakekatnya dari kebudayaan umum, tetapi
dalam suatu masyarakat yang kompleks masing-masing keluarga mempunyai ciri-ciri
yang berlainan dengan keluarga lain. Berbeda kebudayaan dari setiap keluarga
timbul melalui komunikasi anggota-anggota keluarga yang merupakan gabungan dari
pola-pola tingkah laku individu (dalam Khairudin, 1985).
Pada garis besarnya keluarga dapat
dibagi kedalam dua bentuk besar yaitu keluarga luas (extended family) dan
keluarga Inti (nuclear family). Keluarga luas adalah satuan keluarga yang
meliputi lebih dari satu generasi dan satu lingkungan kaum keluarga yang lebih
luas daripada hanya ayah, ibu dan anak-anak atau dengan perkataan lain,
keluarga luas merupakan keluarga inti ditambah dengan anggota-anggota keluarga
yang lain, atau keluarga yang lebih dari satu generasi. Sedangkan keluarga inti
dapat didefinisikan dengan keluarga atau kelompok yang terdiri dar atah, ibu
dan anak-anak yang belum dewasa atau belum menikah.
Di Indonesia sendiri, keluarga telah
diatur dalam berbagai peraturan atau undang-undang RI nomor 10 tahun 1992
mendefinisikan keluarga sebagai berikut : ”Keluarga merupakan wahana pertama
seorang anak mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan bagi
kelangsungan hidupnya”.
Sedangkan menurut SD. Vembrianto dalam
“Sosiologi Pendidikan” mengintisarikan tentang pengertian keluarga ini yaitu :
Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas ayah, ibu
dan anak. Hubungan sosial diantara anggota keluarga relatif tetap dan
didasarkan atas ikatan darah, perkawinan dan atau adopsi. Hubungan antara
anggota keluarga dijiwai oleh suasana efeksi dan rasa tanggung jawab Fungsi
keluarga ialah memelihara, merawat dan melindungi anak dalam rangka
sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial.
IV.
Fungsi Keluarga
Pada dasarnya keluarga mempunyai
fungsi-fungsi pokok yang sulit diubah dan digantikan oleh orang atau lembaga
lain tetapi karena masyarakat sekarang ini telah mengalami perubahan, tidak
menutup kemungkinan sebagian dari fungsi sosial keluarga tersebut mengalami
perubahan. Dalam pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga tersebut akan banyak
dipengaruhi oleh ikatan-ikatan dalam keluarga, hal ini sesuai dengan yang
dikatakan MI Solaeman (1978:18) bahwa : “Pada dasarnya keluarga mempunyai
fungsi-fungsi yang pokok, yaitu fungsi-fungsi yang tidak bisa dirubah dan
digantikan oleh orang lain, sedangkan fungsi-fungsi lain atau fungsi-fungsi
sosial relatif lebih mudah berubah atau mengalami perubahan”.
Mengenal fungsi keluarga Abu Ahmadi
(1991:247) mengemukakan bahwa tugas atau fungsi keluarga bukan merupakan fungsi
yang tunggal tetapi jamak. Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa fungsi
kelurga adalah : Menstabilkan situasi keluarga dalam arti stabilisasi situasi
ekonomi keluarga; Mendidik; Pemelihara fisik dan psikis keluarga, termasuk
disini kehidupan religius.
Mengenai fungsi keluarga, khususnya
tanggung jawab orang tua terhadap anaknya Singgih P Gunarsa (1991:54)
mengemukakan sebagai berikut : “Tanggung jawab orang tua ialah memenuhi
kebutuhan-kebutuhan si anak baik dari sudut organis-Psikologis, antara lain
makanan, maupun kebutuhan-kebutuhan psikis seperti kebutuhan-kebutuhan akan
perkembangan, kebutuhan intelektual melalui pendidikan, kebutuhan rasa dikasihi,
dimengerti dan rasa aman melalui perawatan asuhan ucapan-ucapan dan perlakuan”.
Dari konsep tersebut diterangkan bahwa
diantaranya peran orang tua ini sangat penting sekali terhadap pemenuhan
kebutuhan intelektual bagi anak melalui pendidikan.Hal ini merupakan tanggung
jawab orang tua harus diberikan kepada anaknya sehingga orang tua ditekankan
harus mengerti akan fungsi keluarga dan tentunya pemahaman tentang pendidikan.
Ini harus benar-benar dirasakan oleh orang tua sampai mampu berkeinginan untuk
melanjutkan sekolah anaknya ke yang lebih tinggi sehingga wawasan dan pemahaman
anak bisa lebih luas.
Selain dari pendapat diatas mengenai
fungsi keluarga ini menurut MI Soelaeman
mengatakan sebagai berikut :
·
Fungsi Edukatif – Sebagai suatu unsur dari tingkat pusat pendidikan,
merupakan lingkungan pendidikan yang pertama bagi anak. Dalam kedudukn ini,
adalah suatu kewajaran apabila kehidupan keluarga sehari-hari, pada saar-saat
tertentu terjadi situasi pendidikan yang dihayati oleh anak dan diarahkan pada
perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
·
Fungsi Sosialisasi – Melalui interaksi dalam keluarg anak mempelajari
pola-pola tingkahlaku, sikap, keyakinan, cita-cita serta nilai-nilai dalam
masyarakat dalam rangka pengembangan kepribadiannya. Dalam rangka melaksanakan
fungsi sosialisasi ini, keluarga mempunyai kedudukan sebagai penghubung antara
anak dengan kehidupan sosial dan norma-norma sosial yang meliputi penerangan,
penyaringan dan penafsiran ke dalam bahasa yang dimengerti oleh anak.
·
Fungsi protektif – Fungsi ini lebih menitik beratkan dan menekankan kepada
rasa aman dan terlindungi apabila anak merasa aman dan terlindungi barulah anak
dapat bebas melakukan penjajagan terhadap lingkungan.
·
Fungsi Afeksional – Yang dimaksud dengan fungsi afeksi adaslah adanya
hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi. Anak biasanya mempunyai
kepekaan tersendiri akan iklim-iklim emosional yang terdapat dalam keluarga
kehangatan yang terpenting bagi perkembangan keperibadian anak
·
Fungsi Religius – Keluarga berkewajiban mmperkenalkan dan mengajak anak
serta keluarga pada kehidupan beragama. Sehingga melalui pengenalan ini
diharapkan keluarga dapat mendidik anak serta anggotanya menjadi manusia yang
beragama sesuai dengan keyakinan keluarga tersebut.
·
Fungsi Ekonomis – Fungsi keluarga ini meliputi pencarian nafkah,
perencanaan dan pembelanjaannya. Pelaksanaanya dilakukan oleh dan untuk semua
anggota keluarga, sehingga akan menambah saling mengerti, solidaritas dan
tanggung jawab bersama.
·
Fungsi Rekreatif – Suasana keluarga yang tentram dan damai diperlukan guna
mengembalikan tenaga yang telah dikeluarkan dalam kehidupan sehari-hari
·
Fungsi Biologis – Fungsi ini berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan biologis keluarga, diantaranya kebutuhan seksuil. Kebutuhan
ini berhubungan dengan pengembangan keturunan atau keinginan untuk mendapatkan
keturunan. Selain itu juga yang termasuk dalam fungsi biologis ini yaitu
perlindungan fisik seperti kesehatan jasmani dan kebutuhan jasmani yaitu dengan
terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan dan papan akan mempengaruhi kepada
jasmani setiap anggota keluarga.
Dari uraian mengenai fungsi-fungsi keluaga diatas, maka jelaslah bahwa
fungsi-fungsi ini semuanya memegang peranan penting dalam keluarga, terutama
dalam meningkatkan kesejahteraan individu yang menjadi anggota keluarganya.
Untuk itu dalam penerapannya hendaknya fungsi-fungsi tersebut berjalan secara
seimbang, karena akan membantu keharmonisan serta kehidupan keluarga.
Pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga ini disertai dengan suasana yang baik serta
fasilitas yang memadai.
Dari pendapat lain mengatakan ada beberapa fungsi dalam keluarga yakni
sebagai berikut:
v
PengaturanSeksual
Dapat dibayangkan kekacauan yang terjadi apabila tidak ada
pengaturan seksual. Misalnya anak tidak mempunyai ayah yang sah, atau ayah yang
salah, maka kewajiban – kewajiban itu menjadi kacau atau tidak dijalankan, atua
bertentangan dengan kewjaiban – kewajiban yang telah ditetapkan.
William J. Goode (1983) telah menyusun jenis – jenis penyimpangan sosial pengaturan seksual menurut tingkat ketidaksetujuan sosial atau menurut ketidaksetujuan sosial atau menurut ketidakseimbangan dalam struktur sosial.
William J. Goode (1983) telah menyusun jenis – jenis penyimpangan sosial pengaturan seksual menurut tingkat ketidaksetujuan sosial atau menurut ketidaksetujuan sosial atau menurut ketidakseimbangan dalam struktur sosial.
Jenis – jenis penyimpangan adalah :
·
Hidup bersama atas dasar suka sama suka (“Kumpul
Kebo”).
·
Pergundikan.
·
Hubungan
seorang bangsawan dengan gundiknya (zaman pra industri masyarakat Barat) atau
raja dengan selir.
·
Melahirkan anak pada masa tunangan.
·
Perzinahan, sang lelaki sudah menikah.
·
Kehidupan bersama seorang yang bertarak (celibat,
pastoral, biarawan, menahan hawa nafsu) dengan orang lain yang juga hidup
bertarak atau dengan yang tidak bertarak.
·
Perzinahan, sang wanita sudah menikah.
·
Przinaha, kedua – duanya sudah menikah.
·
Kehidupan bersama seorang wanita kasta tingi
dengan lelaki kasta rendah.
·
Incest (hubungan seksual dalam satu keluarga),
saudara lelaki dengan saudara perempuan.
·
Incest, bapak dengan anak perempuan
·
Incest, ibu dengan anak laki – laki.
v
Reproduksi
Berkembangnya teknologi kedokteran, selain memberikan dampak positif bagi program keluarga berencana, dapat pula menimbulkan masalah terpisahnya kepuasan seksual dengan pembiakan. Kehadiran anggota baru dapat dipandang sebagai penunjang atau malapetaka, bagi masyarakat tani dapat dikatakan menunjang, terutama dalam penyediaan tenaga kerja.
Berkembangnya teknologi kedokteran, selain memberikan dampak positif bagi program keluarga berencana, dapat pula menimbulkan masalah terpisahnya kepuasan seksual dengan pembiakan. Kehadiran anggota baru dapat dipandang sebagai penunjang atau malapetaka, bagi masyarakat tani dapat dikatakan menunjang, terutama dalam penyediaan tenaga kerja.
v
Sosialisasi
Manusia sebagai makhluk dalam evolusinya lebih bergantung kepada kebudayaan, dan bukan kepadanaluriatauinsting.
Manusia sebagai makhluk dalam evolusinya lebih bergantung kepada kebudayaan, dan bukan kepadanaluriatauinsting.
v
Pemeliharaan
Masa kehamilan yang cukup panjang disertai masa kritis dan tugas menyusui berlarut – larut, membuat ibu yang sedang hamil perlu perlindungan dan pemeliharaan.
Masa kehamilan yang cukup panjang disertai masa kritis dan tugas menyusui berlarut – larut, membuat ibu yang sedang hamil perlu perlindungan dan pemeliharaan.
v
Penempatan Anak didalam Masyarakat
Jangan menentukan penempatan sosial seorang anak, pengaturan wewenang membantu menentukan kewajiban peranan orang – orang dewasa terhadap sang anak. Anak merupakan simbol berbagai macam hubungan peran yang penting di antara orang – orang dewasa.
Jangan menentukan penempatan sosial seorang anak, pengaturan wewenang membantu menentukan kewajiban peranan orang – orang dewasa terhadap sang anak. Anak merupakan simbol berbagai macam hubungan peran yang penting di antara orang – orang dewasa.
v
PemuasKebutuhanPerseorangan
Hubungan suami – istri dibentuk oleh jaringan teman – teman dan anak di tempat mereka hidup, tetapi teman tidak dapat menggantikan kepuasan hubungan suami – istri dengan anaknya.
Hubungan suami – istri dibentuk oleh jaringan teman – teman dan anak di tempat mereka hidup, tetapi teman tidak dapat menggantikan kepuasan hubungan suami – istri dengan anaknya.
v
KontrolSosial
Keluarga yang berfungsi dalam sosialisasi, yaitu bagi setiap individu pada saat dia tumbuh menjadi dewasa, memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntutan umum untuk mengarahkan aktivitasnya dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya.
.
Keluarga yang berfungsi dalam sosialisasi, yaitu bagi setiap individu pada saat dia tumbuh menjadi dewasa, memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntutan umum untuk mengarahkan aktivitasnya dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya.
.
V.
Masyarakat
a.
Arti Definisi / Pengertian Masyarakat Menurut Beberapa
Ahli
Dalam bahasa Inggris
masyarakat disebut juga society, asal katanya socius yang berarti kawan. Adapun kata “masyarakat” berasal dari bahasa Arab,
yaitu syirk, artinya bergaul. Adanya saling bergaul
ini tentu karena ada bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh
manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur lain dalam lingkungan
sosial yang merupakan kesatuan.
b. Berikut di bawah ini adalah beberapa pengertian
masyarakat dari beberapa ahli sosiologi dunia:
·
Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan
kebudayaan.
·
Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi
atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang
terbagi secara ekonomi.
·
Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan
anggotanya.
·
Menurut Paul B. Horton &
C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia
yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal
di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian
besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.
VI.
Golongan
– Golongan Masyarakat
1.
Multikulturalisme
dan Kesederajatan
Multikulturalisme adalah sebuah
ideologi yang menekankan pengakuan dan penghargaan pada kesederajatan perbedaan
kebudayaan. Tercakup dalam pengertian kebudayaan adalah para pendukung
kebudayaan, baik secara individual maupun secara kelompok, dan terutama
ditujukan terhadap golongan sosial askriptif yaitu sukubangsa (dan ras),
gender, dan umur. Ideologi multikulturalisme ini secara bergandengan tangan
saling mendukung dengan proses-proses demokratisasi, yang pada
dasarnya adalah kesederajatan pelaku secara individual (HAM) dalam
berhadapan dengan kekuasaan dan komuniti atau masyarakat setempat.
2.
Masyarakat
Majemuk
Masyarakat majemuk terbentuk dari dipersatukannya
masyarakat-masyarakat suku bangsa oleh sistem nasional, yang biasanya dilakukan
secara paksa (by force) menjadi sebuah bangsa dalam wadah negara.
3.
Perbedaan
Masyarakat Industri dan Masyarakat Non Industri
v Masyarakat
Non Industri
Kita telah tahu secara garis
besar bahwa , kelompok nasional atau organisasi kemasyarakatan
non industri dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu kelompok primer
(primary group) dan kelompok sekunder (secondary group).
·
Kelompok primer: Dalam kelompok primer,
interaksi antar anggota terjalin lebih intensif, lebih erat, lebih akrab. Di
karenakan para anggota kelompok sering berdialog, bertatap muka, sehingga
mereka mengenal lebih dekat, lebih akrab. Dalam kelompok-kelompok primer
bercorak kekeluargaan dan lebih berdasarkan simpati. Pembagian kerja atau
pembagian tugas pada kelompok menerima serta menjalankan tugas tidak secara
paksa, lebih dititik beratkan pada kesadaran, tanggung jawab para anggota
dan berlangsung atas dasar r rasa simpati dan secara sukarela.
Contoh-contoh kelompok primer, antara lain : keluarga, rukun tetangga, kelompok belajar,kelompok agama, dan lain sebagainya.
Contoh-contoh kelompok primer, antara lain : keluarga, rukun tetangga, kelompok belajar,kelompok agama, dan lain sebagainya.
·
Kelompok
sekunder: Antara anggota kelompok sekunder, terpaut saling hubungan tak
Iangsung, formal, juga kurang bersifat kekeluargaan. Oleh karena yaitu,
sifat interaksi, pembagian kerja, pembagian kerja antaranggota kelompok di atur
atas dasar pertimbangan-pertimbangan rasional, obyektif.
Para anggota menerima pembagian kerja/pembagian tugas atas dasar kemampuan; keahlian tertentu, di samping dituntut dedikasi. Hal-hal semacam itu diperlukan untuk mencapai target dan tujuan tertentu yang telah di flot dalam program-program yang telah sama-sama disepakati. Contoh-contoh kelompok sekunder, misalnya : partai politik, perhimpunan serikat kerja/serikat buruh, organisasi profesi dan sebagainya. Berlatar belakang dari pengertian resmi dan tak resmi, maka tumbuh dan berkembang kelompok formal (formal group) atau lebih akrab dengan sebutan kelompok resmi, dan kelompok tidak resmi (informal group). Inti perbedaan yang terjadi adalah : Kelompok tidak resmi (informal group) tidak berstatus resmi dan tidak didukung oleh Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah tangga (ART) seperti yang lazim berlaku pada kelompok resmi.
Para anggota menerima pembagian kerja/pembagian tugas atas dasar kemampuan; keahlian tertentu, di samping dituntut dedikasi. Hal-hal semacam itu diperlukan untuk mencapai target dan tujuan tertentu yang telah di flot dalam program-program yang telah sama-sama disepakati. Contoh-contoh kelompok sekunder, misalnya : partai politik, perhimpunan serikat kerja/serikat buruh, organisasi profesi dan sebagainya. Berlatar belakang dari pengertian resmi dan tak resmi, maka tumbuh dan berkembang kelompok formal (formal group) atau lebih akrab dengan sebutan kelompok resmi, dan kelompok tidak resmi (informal group). Inti perbedaan yang terjadi adalah : Kelompok tidak resmi (informal group) tidak berstatus resmi dan tidak didukung oleh Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah tangga (ART) seperti yang lazim berlaku pada kelompok resmi.
Namun demikian, kelompok tidak resmi juga mempunyai
pembagian kerja, peranan-peranan serta hirarki tertentu, norma-norma tertentu
sebagai pedoman tingkah laku para anggota beserta konvensi-konvensinya. Tetapi
hal ini tidak dirumuskan secara tegas dan tertulis seperti pada kelompok resmi
(W.A. Gerungan, 1980 : 91).
Contoh : Semua kelompok sosial, perkumpulan-perkumpulan, atau organisasi-organisasi kemasyarakatan yang memiliki anggota kelompok tidak resmi.
Contoh : Semua kelompok sosial, perkumpulan-perkumpulan, atau organisasi-organisasi kemasyarakatan yang memiliki anggota kelompok tidak resmi.
v
Masyarakat Industri
Durkheim mempergunakan variasi pembangian kerja sebagai
dasar untuk mengklasifikasikan masyarakat, sesuai dengan taraf perkembangannya.
Akan tetapi is lebih cenderung mempergunakan dua taraf klasifikasi, yaitu yang
sederhana dan yang kompleks. Masyarakat-masyarakat yang berada di tengah kedua
eksterm tadi diabaikannya (Soerjono Soekanto, 1982 : 190).
Jika pembagian kerja bertambah kompleks, suatu tanda bahwa kapasitas masyarakat semakin tinggi. Solidaritas didasarkan pada hubungan saling ketergantungan antara kelompok-kelompok masyarakat yang telah men2enal pengkhususan.Otonomi sejenis, juga menjadi ciri daribagian/ kelompok-kelompok masyarakat industri. Otonomi sejenis dapat diartikan dengan kepandaian/keahlian khusus yang dimiliki seseorang secara mandiri, sampai pada batas - batas tertentu.
Contoh-contoh : tukang roti, tukang sepatu,tukang bubut, tukang las, ahli mesin, ahli listrik dan ahli dinamo, mereka dapat bekerja secara mandiri. Dengan timbulnya spesialisasi fungsional, makin berkurang pula ide-ide kolektif untuk diekspresikan dan dikerjakan bersama. Dengan demikian semakin kompleks pembagian kerja, semakin banyak timbul kepribadian individu. Sudah barang tentu masyarakat sebagai keseluruhan memerlukan derajat integrasi yang serasi. Akan tetapi hanya akan sampai pada batas tertentu, sesuai dengan bertambahnya individualism.
Jika pembagian kerja bertambah kompleks, suatu tanda bahwa kapasitas masyarakat semakin tinggi. Solidaritas didasarkan pada hubungan saling ketergantungan antara kelompok-kelompok masyarakat yang telah men2enal pengkhususan.Otonomi sejenis, juga menjadi ciri daribagian/ kelompok-kelompok masyarakat industri. Otonomi sejenis dapat diartikan dengan kepandaian/keahlian khusus yang dimiliki seseorang secara mandiri, sampai pada batas - batas tertentu.
Contoh-contoh : tukang roti, tukang sepatu,tukang bubut, tukang las, ahli mesin, ahli listrik dan ahli dinamo, mereka dapat bekerja secara mandiri. Dengan timbulnya spesialisasi fungsional, makin berkurang pula ide-ide kolektif untuk diekspresikan dan dikerjakan bersama. Dengan demikian semakin kompleks pembagian kerja, semakin banyak timbul kepribadian individu. Sudah barang tentu masyarakat sebagai keseluruhan memerlukan derajat integrasi yang serasi. Akan tetapi hanya akan sampai pada batas tertentu, sesuai dengan bertambahnya individualism.
b. Faktor-Faktor /
Unsur-Unsur Masyarakat
Menurut Soerjono
Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai berikut ini :
1. Berangotakan
minimal dua orang.
2. Anggotanya
sadar sebagai satu kesatuan.
3. Berhubungan
dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling
berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat.
4. Menjadi
sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama
lain sebagai anggota masyarakat.
c. Ciri / Kriteria Masyarakat Yang Baik
Menurut Marion
Levy diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar sekumpolan manusia
bisa dikatakan / disebut sebagai masyarakat.
5.
Ada sistem tindakan utama.
6.
Saling setia pada sistem tindakan utama.
7.
Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang
anggota.
8.
Sebagian atan seluruh anggota baru didapat dari
kelahiran / reproduksi manusia.
d. Tugas manusia sebagai anggota
masyarakat
1. Saling
tolong menolong dan bantu membantu dalam kebajikan
2. Ikut
meringankan beban kesengsaraan orang lain
3. Menjaga
dan memelihara keamanan, ketentraman dan ketertiban lingkungan dan masyarakat
4. Menghindari
perkataan dan tindakan yang menyakitkan orang lain sehingga tercipta
ketergantungan yang saling menguntungkan.
VII.
MAKNA INDIVIDU
Makna Individu : merupakan unit terkecil
pembentuk masyarakat.
Dalam ilmu sosial,
individu berarti juga bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat
dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Sebagai contoh, suatu keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ayah merupakan individu dalam kelompok sosial tersebut,
yang sudah tidak dapat dibagi lagi ke dalam satuan yang
lebih kecil.Pada dasarnya, setiap individu memiliki ciri-ciri
yang berbeda. Individu yang saling bergabung akan membentuk kelompok atau
masyarakat. Individu tersebut akan memiliki karakteristik yang sama dengan kelompok dimana dirinya
bergabung.Manusia sebagai makhluk individu mengalami kegembiraan atau kecewa
akan terpaut dengan jiwa raganya.
Tidak hanya dengan mata, telinga, tangan, kemauan, dan perasaan saja. Dalam
kegembiraannya manusia dapat mengagumi dan merasakan suatu keindahan, karena ia
mempunyai rasa keindahan, rasa estetis dalam individunya.
VIII.
MAKNA KELUARGA
Makna Keluarga : Keluarga
dengan berbagai fungsi yang dijalankan adalah sebagai wahana dimana seorang
individu mengalami proses sosialisasi yang pertama kali, sangat penting artinya
dalam mengarahkan terbentuknya individu menjadi seorang yang berpribadi.
Sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat, keluarga mempunyai
korelasi fungsional dengan masyarakat tertentu, oleh karena itu dalam proses
pengembangan individu menjadi seorang yang berpribadi hendaknya diarahkan
sesuai dengan struktur masyarakat yang ada, sehingga seorang individu
menjadi seorang yang dewasa dalam arti mampu mengendalikan diri dan melakukan
hubungan-hubungan sosial di dalam masyarakat yang cukup majemuk. Makna keluarga
termasuk juga dengan pengertian keluarga yang saya ketahui seperti berikut
yang terdiri dari Ayah, ibu dan anak serta bebarapa orang lain yang masih
terikat dalam hubungan darah dan saling ketergantungan atau membutuhkan satu
sama
IX.
MAKNA MASYARAKAT
Makna Masyarakat : Masyarakat adalah
kelompok manusia yang saling berinteraksi yang memiliki prasarana untuk
kegiatan tersebut dan adanya saling keterikatan untuk mencapai tujuan bersama.
Masyarakat adalah tempat kita bisa melihat dengan jelas proyeksi individu
sebagai bagian keluarga, keluarga sebagai tempat terprosesnya, dan masyarakat
adalah tempat kita melihat hasil dari proyeksi tersebut.
Individu yang berada dalam masyarakat tertentu
berarti ia berada pada suatu konteks budaya tertentu. Pada tahap inilah arti
keunikan individu itu menjadi jelas dan bermakna, artinya akan dengan mudah
dirumuskan gejala-gejalanya. Karena di sini akan terlibat individu sebagai
perwujudan dirinya sendiri dan merupakan makhluk sosial sebagai perwujudan
anggota kelompok atau anggota masyarakat.
Makna masyarakat termasuk juga dengan pengertian dari masyarakat tersebut
yaitu merupakan istilah yang digunakan untuk menerangkan komuniti manusia yang tinggal bersama-sama.
Boleh juga dikatakan masyarakat itu merupakan jaringan perhubungan antara
pelbagai individu.
Dari segi pelaksanaan, ia bermaksud sesuatu yang dibuat - atau tidak dibuat
- oleh kumpulan orang itu. Masyarakat merupakan subjek utama dalam
pengkajian sains sosial.
X.
Hubungan
antara Individu, Keluarga, dan Masyarakat
Aspek individu, keluarga, masyarakat
adalah aspek-aspek sosial yang tidak bisa dipisahkan. Yakni, tidak akan pernah
ada keluarga dan masyarakat apabila tidak ada individu. Sementara di pihak lain
untuk mengembangkan eksistensinya sebagai manusia, maka individu membutuhkan
keluarga dan masyarakat, yaitu media di mana individu dapat mengekspresikan
aspek sosialnya serta menumbuhkembangkan perilakunya. Karena tak dapat
dipungkiri bahwa perilaku sosial suatu individu tersebut bergantung dari
keluarga dan masyarakat disekitarnya. Keluarga sebagai lingkungan pertama
seorang individu memiliki peran paling besar dalam pembentukan sikap suatu
individu, sedang masyarakat merupakan media sosialisasi seorang individu dalam
menyampaikan ekspresinya secara lebih luas. Sehingga dapat menjadi suatu tolak
ukur apakah sikapnya benar atau salah dalam suatu masyarakat tersebut.
Adanya aspek organis-jasmaniah, psikis-rohaniah, dan sosial
kebersamaan yang melekat pada individu, mengakibatkan bahwa kodratnya ialah
untuk hidup bersama manusia lain. Pada hewan, kolektivitas bersifat naluriah,
pada manusia, di samping rohaniah juga karena nalar, menimbulkan kesadaran
membagi peranan dalam hidup berkelompok sehingga perjuangan hidup menjadi
ringan. Menurut Durkheim kebersamaannya dapat dinilai sebagai “mekanistis”,
merupakan solidaritas “organis”, yaitu atas dasar saling mengatur. Selain
kepentingan individual, diperlukan suatu tata hidup yang mengamankan
kepentingan komunal demi kesejahteraan bersama. Perangkat tatanan kehidupan
bersama menurut pola tertentu kemudian berkembang menjadi apa yang disebut
“pranata” sosial” atau abstraksi yang lebih tinggi lai, dinamakan “kelembagaan”
atau “institusi”.
Individu barulah individu apabila pola perilakunya yang khas dirinya itu diproyeksikan pada suatu lingkungan sosial yang disebut masyarakat. Kekhasan atau penyimpangan dari pola perilaku kolektif menjadikannya individu, menurut relasi dengan lingkungan sosialnya yang bersifat majemuk serta simultan. Dari individu dituntut kemampuan untuk membawa dirinya secara konsisten, tanpa kehilangan identitas nilai etisnya. Relevan dengan relasi – relasi sesaat antara dirinya dengan berbagai perubahan lingkungan sosialnya. Satuan – satuan lingkungan sosial yang melingkari individu terdiri dari keluarga, lembaga, komunitas, masyarakat, dan nasion. Individu mempunyai “karakter”, maka satuan lingkungan mempunyai “karakteristik” yang setiap kali berbeda fungsinya, struktur, peranan, dan proses – proses yang berlangsung di dalam dirinya. Posisi, peranan dan tingkah lakunya diharapkan sesuai dengan tuntutan setiap satuan lingkungan sosial dalam situasi tertentu.
Individu barulah individu apabila pola perilakunya yang khas dirinya itu diproyeksikan pada suatu lingkungan sosial yang disebut masyarakat. Kekhasan atau penyimpangan dari pola perilaku kolektif menjadikannya individu, menurut relasi dengan lingkungan sosialnya yang bersifat majemuk serta simultan. Dari individu dituntut kemampuan untuk membawa dirinya secara konsisten, tanpa kehilangan identitas nilai etisnya. Relevan dengan relasi – relasi sesaat antara dirinya dengan berbagai perubahan lingkungan sosialnya. Satuan – satuan lingkungan sosial yang melingkari individu terdiri dari keluarga, lembaga, komunitas, masyarakat, dan nasion. Individu mempunyai “karakter”, maka satuan lingkungan mempunyai “karakteristik” yang setiap kali berbeda fungsinya, struktur, peranan, dan proses – proses yang berlangsung di dalam dirinya. Posisi, peranan dan tingkah lakunya diharapkan sesuai dengan tuntutan setiap satuan lingkungan sosial dalam situasi tertentu.
v
Hubungan
Individu dengan Dirinya
Merupakan masalah khas psikologi. Di sini muncul istilah – istilah Ego, Id, dan Superego serta dipersonalisasi (apabila relasi individu dengan dirinya adalah seperti dengan orang asing saja), dan sebagainya. Dalam diri seseorang terdapat tiga sistem kepribadian yang disebut “Id” atau “es” (Jiwa ibarat gunung es di tengah laut), Ego atau “aku”, dan superego atau uber ich. Id adalah wadah dalam jiwa seseorang, berisi dorongan primitif dengan sifat temprorer yang selalu menghendaki agar segera dipenuhi atau dilaksanakan demi kepuasan. Contohnya seksual atau libido. Ego bertugas melaksanakan dorongan - dorongan Id, tidak bertentangan dengan kenyataan dan tuntutan dan Superego. Egod alam tugasnya berprinsip pada kenyataan relative principle.
Superego berisi kata hati atau conscience, berhubungan dengan lingkungan sosial, dan punya nilai – nilai moral sehingga merupakan kontrol terhadap dorongan yang datang dari Id. Karena itu ada semacam pertentangan antara Id dan Superego. Bila ego gagal menjaga keseimbangan antara dorongan dari id dan larangan dari superego, maka individu akan mengalami konflik batin yang terus menerus. Untuk itu perlu kanalisasi melalui mekanisme pertahanan. Demikian psikoanalisa sebagai teori kepribadian yang dikemukakan oleh Sigmund Freud (1856 – 1939), sarjana berkebangsaan Jerman.
Merupakan masalah khas psikologi. Di sini muncul istilah – istilah Ego, Id, dan Superego serta dipersonalisasi (apabila relasi individu dengan dirinya adalah seperti dengan orang asing saja), dan sebagainya. Dalam diri seseorang terdapat tiga sistem kepribadian yang disebut “Id” atau “es” (Jiwa ibarat gunung es di tengah laut), Ego atau “aku”, dan superego atau uber ich. Id adalah wadah dalam jiwa seseorang, berisi dorongan primitif dengan sifat temprorer yang selalu menghendaki agar segera dipenuhi atau dilaksanakan demi kepuasan. Contohnya seksual atau libido. Ego bertugas melaksanakan dorongan - dorongan Id, tidak bertentangan dengan kenyataan dan tuntutan dan Superego. Egod alam tugasnya berprinsip pada kenyataan relative principle.
Superego berisi kata hati atau conscience, berhubungan dengan lingkungan sosial, dan punya nilai – nilai moral sehingga merupakan kontrol terhadap dorongan yang datang dari Id. Karena itu ada semacam pertentangan antara Id dan Superego. Bila ego gagal menjaga keseimbangan antara dorongan dari id dan larangan dari superego, maka individu akan mengalami konflik batin yang terus menerus. Untuk itu perlu kanalisasi melalui mekanisme pertahanan. Demikian psikoanalisa sebagai teori kepribadian yang dikemukakan oleh Sigmund Freud (1856 – 1939), sarjana berkebangsaan Jerman.
v
Hubungan Individu dengan Keluarga
Individu memiliki relasi mutlak dengan keluarga. Ia dilahirkan dari keluarga, tumbuh dan berkembang untuk kemudian membentuk sendiri keluarga batinnya. Terjadi hubungan dengan ibu, ayah, dan kakak – adik. Dengan orang tua, dengan saudara – saudara kandung, terjalin relasi biologis yang disusul oleh relasi psikologis dan sosial pada umumnya.
Peranan-peranan dari setiap anggota keluarga merupakan resultan dari relasi biologis, psikologis, dan sosial. Relasi khusus oleh kebudayaan lingkungan keluarga dinyatakan melalui bahasa (adat-istiadat, kebiasaan, norma-norma, bahkan nilai-nilai agama sekalipun). Masalah kekerabatan seperti adanya marga dan keluarga besar banyak dibahas dalam antropologi, yang menunjukkan kelakuan dan tindakan secara tertib dan teratur dalam berbagai deferensi peran dan fungsinya melalui proses sosialisasi atau internalisasi.
Individu memiliki relasi mutlak dengan keluarga. Ia dilahirkan dari keluarga, tumbuh dan berkembang untuk kemudian membentuk sendiri keluarga batinnya. Terjadi hubungan dengan ibu, ayah, dan kakak – adik. Dengan orang tua, dengan saudara – saudara kandung, terjalin relasi biologis yang disusul oleh relasi psikologis dan sosial pada umumnya.
Peranan-peranan dari setiap anggota keluarga merupakan resultan dari relasi biologis, psikologis, dan sosial. Relasi khusus oleh kebudayaan lingkungan keluarga dinyatakan melalui bahasa (adat-istiadat, kebiasaan, norma-norma, bahkan nilai-nilai agama sekalipun). Masalah kekerabatan seperti adanya marga dan keluarga besar banyak dibahas dalam antropologi, yang menunjukkan kelakuan dan tindakan secara tertib dan teratur dalam berbagai deferensi peran dan fungsinya melalui proses sosialisasi atau internalisasi.
v
Hubungan
Individu dengan Masyarakat
Masyarakat merupakan satuan lingkungan sosial yang bersifat makor. Aspek teritorium kurang ditekankan. Namun aspek keteraturan sosial dan wawasan hidup kolektif memperoleh bobo yang lebih besar. Kedua aspek itu munjuk kepada derajat integrasi masyarakat karena keteraturan esensial dan hdup kolektif ditentukan oleh kemantapan unsur – unsur masyarakat yang terdiri dari pranat, status, dan peranan individu. Variabel – variabel tersebut dipakai dalam mengkaji dan menjelaskan fenomena masyarakat menurut persepsi makro.
Sifat makro diperoleh dari kenyataan, bahwa masyarakat pada hakiaktnya terdiri dari sekian banyak komunias yang berbeda, sekaligus mencakup berbagai macam keluarga, lembaga dan individu – individu.
Hubungan individu dengan masyarakat dalam persepsi makro lebih bersfiat sebagai abstraksi. Kejahatan dalam masyarakat mako merupakan gejala yang menyimpang dari norma keteraturan sosial, sekaligus dapat berperan sebagai indikator tinggi – rendahnya keamanan lingkungan untuk penghuni dan golongan masyarakat dari status tersebut.
Masyarakat merupakan satuan lingkungan sosial yang bersifat makor. Aspek teritorium kurang ditekankan. Namun aspek keteraturan sosial dan wawasan hidup kolektif memperoleh bobo yang lebih besar. Kedua aspek itu munjuk kepada derajat integrasi masyarakat karena keteraturan esensial dan hdup kolektif ditentukan oleh kemantapan unsur – unsur masyarakat yang terdiri dari pranat, status, dan peranan individu. Variabel – variabel tersebut dipakai dalam mengkaji dan menjelaskan fenomena masyarakat menurut persepsi makro.
Sifat makro diperoleh dari kenyataan, bahwa masyarakat pada hakiaktnya terdiri dari sekian banyak komunias yang berbeda, sekaligus mencakup berbagai macam keluarga, lembaga dan individu – individu.
Hubungan individu dengan masyarakat dalam persepsi makro lebih bersfiat sebagai abstraksi. Kejahatan dalam masyarakat mako merupakan gejala yang menyimpang dari norma keteraturan sosial, sekaligus dapat berperan sebagai indikator tinggi – rendahnya keamanan lingkungan untuk penghuni dan golongan masyarakat dari status tersebut.
XII.
Urbanisasi
a.
Pengertian
Urbanisasi
Urbanisasi adalah
perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita
semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan
menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah
peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan
jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan,
penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang
harus segera dicarikan jalan keluarnya.
Berbeda dengan perspektif ilmu kependudukan,
definisi Urbanisasi berarti persentase penduduk yang tinggal di
daerah perkotaan. Perpindahan manusia dari desa ke kota hanya salah satu
penyebab urbanisasi. perpindahan itu sendiri dikategorikan 2 macam, yakni:
Migrasi Penduduk dan Mobilitas Penduduk, Bedanya Migrasi penduduk lebih
bermakna perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal
menetap di kota. Sedangkan Mobilitas Penduduk berarti perpindahan penduduk yang
hanya bersifat sementara atau tidak menetap. Untuk mendapatkan suatu niat untuk
hijrah atau pergi ke kota dari desa, seseorang biasanya harus mendapatkan
pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media massa, impian pribadi,
terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya.
b.
Faktor
Penarik Terjadinya Urbanisasi
·
Kehidupan kota yang lebih modern
·
Sarana
dan prasarana kota lebih lengkap
·
Lapangan pekerjaan di kota yang lebih luas
·
Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi lebih
baik dan berkualitas
c.
Faktor
Pendorong Terjadinya Urbanisasi
·
Lahan pertanian semakin sempit
·
Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
·
Menganggur karena tidak banyak lapangan
pekerjaan di desa
·
Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
d.
Keuntungan
Urbanisasi
·
Memoderenisasikan warga desa
·
Menambah pengetahuan warga desa
·
Menjalin kerja sama yang baik antarwarga suatu
daerah
·
Mengimbangi masyarakat kota dengan masyarakat
desa
e.
Proses Terjadinya Urbanisasi
Pertama, pemerintah berkeinginan
untuk sesegera mungkin meningkatkan proporsi penduduk yang tinggal di daerah
perkotaan. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa meningkatnya penduduk
daerah perkotaan akan berkaitan erat dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi
negara. Data memperlihatkan bahwa suatu negara atau daerah dengan tingkat
perekonomian yang lebih tinggi, juga memiliki tingkat urbanisasi yang lebih
tinggi, dan sebaliknya. Negara-negara industri pada umumnya memiliki tingkat
urbanisasi di atas 75 persen. Bandingkan dengan negara berkembang yang sekarang
ini. Tingkat urbanisasinya masih sekitar 35 persen sampai dengan 40 persen
saja.
Kedua, terjadinya tingkat
urbanisasi yang berlebihan, atau tidak terkendali, dapat menimbulkan berbagai
permasalahan pada penduduk itu sendiri. Ukuran terkendali atau tidaknya proses
urbanisasi biasanya dikenal dengan ukuran primacy rate, yang kurang lebih
diartikan sebagai kekuatan daya tarik kota terbesar pada suatu negara atau
wilayah terhadap kota-kota di sekitarnya. Makin besar tingkat primacy
menunjukkan keadaan yang kurang baik dalam proses urbanisasi. Sayangnya data
mutahir mengenai primacy rate di Indonesia tidak tersedia.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Individu
mempunyai peranan penting dalam sebuah lingkungan memikirkan sebuah jalan
keluar dalam memenuhi semua keinginan yang dia mau dengan cara apa pun semua ia
lakukan untuk memnuhi keinginan hasratnya, di dalam bersosialisai kita juga
tidak boleh memikirkan kepentingan diri kita sendiri karena dengannya ada sifat
seperti itu lah yang akan meembuat suatu lingkungan ada konflik. Manusia
sebagai makhluk individu, tidak hanya dalam arti makhluk keseluruhan jiwa raga,
melainkan juga dalam arti bahwa tiap-tiap orang itu merupakan pribadi
(individu) yang khas menurut corak kepribadiannya, termasuk kelebihan serta
kelemahannya.
Mempunyai suatu
keluarga yang harmonis dan juga dipenuhi akan rasa cinta dan kasih sayang tentu
dambaan para umat kaum manusia di dunia ini, akan tetapi semua itu sudah tidak
akan lengkap lagi bila tidak dibersamakan dengan interaksi sesama manusia
keterkaitan terhadap lingkungan sangat lah penting di karenakan demi
perkembangan pola pikir kita dan juga anggota keluarga. Kalau kita hanya
berkeluarga saja tidak berbaur dengan orang lain maka tidak akan mungkin apa
bila kalau keluarga kita sedang membutuhkan orang lain tidak ada yang membantu
karena orang lain pun tidak akan tahu bila kita sedang mengalami sebuah cobaan,
seandainya kita berbaur dan juga peduli terhadap orang lain maka tidak akan
memungkinkan bila masyarakat akan membantu kesusahan kita dengan kemampuan yang
ia bisa, masyarakat di sini juga amat sangat penting dikarenakan apa bila di
suatu linkungan kita tidak mempunyai nilai kemasyarakatan yang amat peduli
terhadap sesama manusia yang berada di lingkungan susah unuk mewujudkan semua
itu.
Kumpulan dari
orang-orang tersebut harus ada yang mengatur untuk menjalanjan suatu organisai
dengan kepemimpinan yang handal dan juga wajib ditiru bagi masyarakat lainnya,
dengan ada semua itu maka mungkin perubahan pola pikir manusia akan berubah
untuk menciptakan lingkungan yang berdasarkan niali kebersamaan, persahabatan,
dan juga tali persaudaraan.
B.
Saran
Adapun
saran-saran yang dapat di berikan dalam pembahasan makalah ini adalah:
sebagai manusia yang sosial di harapkan agar tidak memiliki
sikap indivisualisme, yang tidak ingin hidup bermasyarakat.
Dalam bermasyarakat ciptakanlah sikap saling tolong – menolong dalam
hal kebajikan, agar terciptanya sikap kekeluargaan dan kasih sayang terhadap
sesama manusia.
DAFTAR
PUSAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar