1. Sejarah Cloud Computing
Tahun 1960-an Ide awal dari cloud computing sudah ada saat John McCarthy, pakar komputasi MIT yang dikenal juga sebagai salah satu pionir intelejensia buatan, menyampaikan visi bahwa “suatu hari nanti komputasi akan menjadi infrastruktur publik, seperti halnya listrik dan telepon”. Namun baru di tahun 1995, Larry Ellison, pendiri Oracle , memunculkan ide “Network Computing” sebagai kampanye untuk menggugat dominasi Microsoft yang saat itu merajai desktop computing dengan Windows 95-nya. Larry Ellison menawarkan ide bahwa sebetulnya user tidak memerlukan berbagai software, mulai dari Sistem Operasi dan berbagai software lain, dijejalkan ke dalam PC Desktop mereka. PC Desktop bisa digantikan oleh sebuah terminal yang langsung terhubung dengan sebuah server yang menyediakan environment yang berisi berbagai kebutuhan software yang siap diakses oleh pengguna.
Popularitas Cloud Computing semakin menjulang saat
di awal 2000-an, Marc Benioff ex VP di Oracle, meluncurkan layanan aplikasi CRM
dalam bentuk Software as a Service, Salesforce.com, yang mendapatkan sambutan
gegap gempita. Dengan misinya yang terkenal yaitu “The End of Software”,
Benioff bisa dikatakan berhasil mewujudkan visi bos-nya di Oracle, Larry
Elisson, tentang Network Computing menjadi kenyataan satu dekade kemudian.
Selanjutnya jargon Cloud Computing bergulir seperti bola salju menyapu dunia
teknologi informasi. Dimulai di tahun 2005, mulai muncul inisiatif yang
didorong oleh nama-nama besar seperti Amazon.com yang meluncurkan Amazon EC2
(Elastic Compute Cloud), Google dengan Google App Engine-nya, tak ketinggalan
raksasa biru IBM meluncurkan Blue Cloud Initiative dan lain sebagainya. Semua
inisiatif ini masih terus bergerak, dan bentuk Cloud Computing pun masih terus
mencari bentuk terbaiknya, baik dari sisi praktis maupun dari sisi akademis.
Bahkan dari sisi akademis, jurnal-jurnal yang membahas tentang ini hal ini baru
bermunculan di tiga tahun belakangan. Akhirnya seperti yang kita saksikan
sekarang, seluruh nama-nama besar terlibat dalam pertarungan menguasai awan
ini. Bahkan pabrikan Dell, pernah mencoba mempatenkan istilah “Cloud
Computing”, namun ditolak oleh otoritas paten Amerika
2.1 Pengertian Cloud computing
Cloud Computing terdiri
dari 2 kata, yaitu Cloud dan Computing. Cloud diartikan dalam bahasa Indonesia
adalah awan, sedangkan Computing yang berasal dari kata Compute diartikan ke
dalam bahasa Indonesia adalah perhitungan. Jika digabungkan maka, Cloud
Computing merupakan komputasi atau perhitungan yang dilakukan di awan. Awan
yang dimaksud disini adalah jaringan internet.
Komputasi awan ( cloud computing)
adalah gabungan pemanfaatan teknologi
komputer (komputasi)
dan pengembangan berbasis Internet (awan). Cloud
Computing adalah suatu paradigma di mana informasi secara permanen tersimpan di
server di internet dan tersimpan
secara sementara di komputer pengguna (client) termasuk di dalamnya adalah
desktop, komputer tablet, notebook, komputer tembok, handheld, sensor-sensor,
monitor dan lain-lain." Komputasi awan adalah suatu konsep umum yang
mencakup SaaS, Web 2.0, dan tren
teknologi terbaru lain yang dikenal luas, dengan tema umum berupa
ketergantungan terhadap Internet untuk memberikan kebutuhan komputasi pengguna.
Sebagai contoh, Google Apps menyediakan
aplikasi bisnis umum secara daring yang diakses melalui suatu penjelajah web dengan perangkat lunak dan data
yang tersimpan di server. Komputasi awan
saat ini merupakan trend teknologi terbaru, dan contoh bentuk pengembangan dari
teknologi Cloud Computing ini adalah iCloud.
2.2 Layanan,Karakteristik Cloud Computing
Dengan
semakin maraknya pembicaraan tentang Cloud Computing,Semakin banyak Perusahaan
yang mengumumkan bahwa mereka menyediakan layanan cloud computing. Akan sangat
membingungkan bagi kita para pengguna untuk memastikan bahwa layanan yang kita
dapatkan adalah Cloud computing atau bukan.dari semua devenisi yang ada,dapat
di intisarikan bahwa cloud computing ideal adalah layanan yang memiliki 5
karakteristik di bawah ini :
1. Demand Self Service (pelayanan mandiri diri
sendiri saat diperlukan)
Pengguna
dapat memesan dan mengelola layanan tanpa interaksi manusia dengan penyedia
layanan, misalnya dengan mengguna-kan, sebuah portal web dan manajemen
antarmuka. Pengadaan dan perlengkapan layanan serta sumber daya yang terkait
terjadi secara otomatis pada penyedia
2. Broad Network Access (akses jaringan yang besar)
Layanan yang tersedia
terhubung melalui jaringan pita lebar, terutama untuk dapat diakses secara
memadai melalui jaringan internet, baik menggunakan thin client, thick clien,
ataupun media lain seperti smartphone.
3 Resource Pooling (resource menyatu)
Penyedia layanan cloud
memberikan layanan melalui sumberdaya yang dikelompokkan di satu atau berbagai
lokasi data center yang terdiri dari sejumlah server dengan mekanisme multi-tenant.
Mekanisme multi tenant ini memungkinkan sejumlah sumberdaya komputasi digunakan
bersama-sama oleh sejumlah user, dimana sumberdaya tersebut baik yang berbentuk
fisik maupun virtual, dapat dialokasikan secara dinamis untuk kebutuhan
pengguna/pelanggan sesuai permintaan. Dengan demikian, pelanggan tidak perlu
tahu bagaimana dan darimana permintaan akan sumberdaya komputasinya dipenuhi
oleh penyedia layanan. Yang penting, semua permintaan dapat terpenuhi.
Sumberdaya komputasi ini meliputi media penyimpanan, memory, processor, pita
jaringan, mesin virtual.
4. Rapid Elasticity (elastisitas cepat)
Kapasitas komputasi yang
disediakan dapat secara elastis dan cepat disediakan, baik itu dalam bentuk
penambahan atau pengurangan kapasitas yang diperlukan.
5. Measured Service (layanan pengukuran)
Sumber daya cloud yang
tersedia harus dapat diatur dan dioptimasi penggunaannya, dengan suatu sistem
pengukuran yang dapat mengukur penggunaan dari setiap sumberdaya komputasi yang
digunakan (penyimpanan,memory,processor,lebar pita, dan aktivitas user, dan
lainnya). Dengan demikian, jumlah sumber daya yang digunakan dapat secara
transparan diukur yang akan menjadi dasar bagi user untuk membayar biaya
penggunaan layanan.
Layanan Cloud Computing di antaranya :
1. Infrastructure as a Service (IaaS)
Infrastructure as a Service adalah
layanan komputasi awan yang menyediakan infrastruktur IT berupa CPU, RAM,
storage, bandwith dan konfigurasi lain. Komponen-komponen tersebut digunakan
untuk membangun komputer virtual. Komputer virtual dapat diinstal sistem
operasi dan aplikasi sesuai kebutuhan. Keuntungan layanan IaaS ini adalah tidak
perlu membeli komputer fisik sehingga lebih menghemat biaya. Konfigurasi
komputer virtual juga bisa diubah sesuai kebutuhan. Misalkan saat storage
hampir penuh, storage bisa ditambah dengan segera. Perusahaan yang menyediakan
IaaS adalah Amazon EC2, TelkomCloud dan BizNetCloud.
2. Platform as a Service (PaaS)
Platform as a Service
adalah layanan yang menyediakan computing platform. Biasanya sudah terdapat
sistem operasi, database, web server dan framework aplikasi agar dapat
menjalankan aplikasi yang telah dibuat. Perusahaan yang menyediakan layanan
tersebutlah yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan computing platform ini. Keuntungan
layanan PaaS ini bagi pengembang adalah mereka bisa fokus pada aplikasi yang
mereka buat tanpa memikirkan tentang pemeliharaan dari computing platform.
Contoh penyedia layanan PaaS adalah Amazon Web Service dan Windows Azure.
3. Software as a Service (SaaS)
Software as a Service
adalah layanan komputasi awan dimana kita bisa langsung menggunakan aplikasi
yang telah disediakan. Penyedia layanan mengelola infrastruktur dan platform
yang menjalankan aplikasi tersebut. Contoh layanan aplikasi email yaitu gmail,
yahoo dan outlook sedangkan contoh aplikasi media sosial adalah twitter,
facebook dan google+. Keuntungan dari layanan ini adalah pengguna tidak perlu
membeli lisensi untuk mengakses aplikasi tersebut. Pengguna hanya membutuhkan
perangkat klien komputasi awan yang terhubung ke internet. Ada juga aplikasi
yang mengharuskan pengguna untuk berlangganan agar bisa mengakses aplikasi
yaitu Office 365 dan Adobe Creative Cloud.
2.3 Kelebihan dan Kekurangan dari Cloud Computing
a. Kelebihan
1. Fleksibilitas,
Artinya bahan presentasi
yang kita buat tidak perlu kita simpan di hardisk yang akan memakan ruang space
atau mungkin dimasukan ke flashdisk.
2. Kemudahan Akses
Yang paling menonjol dari komputasi
awan adalah kemudahan akses. Untuk mengerjakan suatu pekerjaan kita tidak mesti
berada dihadapan satu komputer yang sama.
3. Penghematan
kelebihan lain dari komputasi
awan, khususnya bagi perusahaan-perusahaan besar. Dengan adanya sistem
komputasi awan memungkinkan perusahaan untuk mengurangi infrastruktur komputer
yang memerlukan biaya pengadaan dan perawatan cukup besar, hal ini juga berarti
staf IT yang diperlukan tidak terlalu banyak, dan staf IT yang ada tidak
terlalu berurusan dengan update, konfigurasi dan hal-hal lain yang berkaitan
dengan komputasi. Dengan adanya komputasi awan, kita juga tidak dihadapkan
dengan beban biaya untuk membayar lisensi atas software-software yang kita
instal dan kita gunakan, karena semua software sudah bisa digunakan melalui
komputasi awan.
b. Kekurangan
Hal yang paling wajib dalam
komputasi awan adalah koneksi internet, internet bisa dibilang jalan
satu-satunya jalan menuju komputasi awan, ketika tidak ada koneksi internet
ditempat kita berada maka jangan harap bisa menggunakan sistem komputasi awan.
Hal ini masih menjadi hambatan khsusnya bagi Indonesia, karena belum semua
wilayah di tanah air terjangkau oleh akses internet, ditambah lagi sekalipun
ada koneksinya belum stabil dan kurang memadai.
2.4 Manfaat Cloud Computing
Dari penjelasan
tentang cloud computing diatas, ada banyak manfaat
yang bisa kita ambil dari cloud computing, yaitu :
Skalabilitas, yaitu dengan
cloud computing kita bisa menambah kapasitas penyimpanan data kita tanpa harus
membeli peralatan tambahan, misalnya hardisk dll.
Kita cukup menambah kapasitas yang disediakan oleh penyedia layanan cloud
computing.Aksesibilitas, yaitu kita bisa mengakses data
kapanpun dan dimanapun kita
berada, asal kita terkoneksi denganinternet,
sehingga memudahkan kita mengakses data disaat yang penting.
Keamanan, yaitu data kita bisa terjamin keamanan nya oleh
penyedia layanan cloud computing, sehingga bagi perusahaan yang berbasis IT,
data bisa disimpan secara aman di penyedia cloud computing. Itu juga mengurangi
biaya yang diperlukan untuk mengamankan data perusahaan.
Kreasi, yaitu para user
bisa melakukan/mengembangkan kreasi atau project mereka tanpa harus mengirimkan
project mereka secara langsung ke perusahaan, tapi user bisa mengirimkan nya
lewat penyedia layanan cloud computing.
Kecemasan, ketika terjadi bencana alam data milik kita
tersimpan aman di cloud meskipun hardisk atau gadget kita
rusak.
2.5. Cara Kerja Cloud Computing
Berikut merupakan cara kerja
penyimpanan data dan replikasi data pada pemanfaatan teknologi cloud
computing. Dengan Cloud Computing komputer lokal tidak lagi harus menjalankan
pekerjaan komputasi berat untuk menjalankan aplikasi yang
dibutuhkan, tidak perlu menginstal sebuah paket perangkat lunak untuk setiap
komputer, kita hanya melakukan installasi operating system pada satu aplikasi.
Jaringan komputer yang membentuk awan (internet)
menangani mereka sebagai gantinya. Server ini
yang akan menjalankan semuanya aplikasi mulai dari e-mail, pengolah kata,
sampai program analisis data yang kompleks. Ketika pengguna mengakses awan
(internet) untuk sebuah website populer, banyak hal yang bisa terjadi.
Pengguna Internet Protokol (IP) misalnya dapat
digunakan untuk menetapkan dimana pengguna berada (geolocation). Domain Name System (DNS) jasa kemudian
dapat mengarahkan pengguna ke sebuah cluster server yang dekat dengan pengguna
sehingga situs bisa diakses dengan cepat dan dalam bahasa lokal mereka.
Pengguna tidak login ke server, tetapi mereka login ke layanan mereka
menggunakan id sesi atau cookie yang telah didapatkan yang disimpan dalam browser
mereka. Apa yang user lihat pada browser biasanya datang dari web server.
Webservers menjalankan perangkat lunak dan menyajikan pengguna dengan
cara interface yang
digunakan untuk mengumpulkan perintah atau instruksi dari pengguna (klik,
mengetik, upload dan lain-lain) Perintah-perintah ini kemudian
diinterpretasikan oleh webservers atau diproses oleh server aplikasi. Informasi
kemudian disimpan pada atau diambil dari database server atau file server dan
pengguna kemudian disajikan dengan halaman yang telah diperbarui. Data di
beberapa server disinkronisasikan di seluruh dunia untuk akses global cepat dan
juga untuk mencegah kehilangan data.
Web service telah memberikan mekanisme umum untuk
pengiriman layanan, hal ini membuat service-oriented architecture (SOA) ideal
untuk diterapkan. Tujuan dari SOA adalah untuk mengatasi persyaratan yang bebas
digabungkan, berbasis standar, dan protocol-independent distributed computing.
Dalam SOA, sumber daya perangkat lunak yang dikemas sebagai
"layanan," yang terdefinisi dengan baik, modul mandiri yang
menyediakan fungsionalitas bisnis standar dan konteks jasa lainnya. Kematangan
web service telah memungkinkan penciptaan layanan yang kuat yang dapat diakses
berdasarkan permintaan, dengan cara yang seragam.
3. Penerapan cloud computing pada perusahaan
Cloud storage adalah salah satu layanan cloud yang
menyediakan media penyimpanan yang tersinkronisasi online. Kebanyakan dari
rekan-rekan saya menggunakan cloud storage ini sebagai media backup. Namun
menurut saya cloud storage ini menyediakan fitur yang lebih dari sebatas media
backup saja. Contohnya sebagai media kolaborasi dan dapat di akses dari mana
saja termasuk dari telepon genggam anda.
Sekarang bayangkan jika anda memiliki bisnis, dan
semua file-file penting anda berada di komputer anda yang berada di kantor dan
hanya anda yang memiliki akses ke komputer tersebut. Anda tidak memiliki
kebebasan untuk mengakses nya kapan saja dan selalu tergantung pada anda.
Bisnis anda tidak dapat berkembang dengan cepat tentunya.
Salah satu solusi untuk mengatasi hal tersebut
adalah dengan menggunakan teknologi cloud storage. Bayangkan jika file-file
penting anda tersebut dapat diakses melalui mobile phone anda. Atau anda cukup
memberikan akses ke file tersebut kepada salah satu orang kepercayaan anda.
Maka proses delegasi akan berjalan dengan lancar dan bisnis anda akan tetap
berjalan meskipun anda tidak berada di kantor.
Ada banyak aplikasi cloud storage yang ada saat ini,
berikut adalah aplikasi-aplikasi yang saya rekomendasikan:
Dropbox: Aplikasi ini dapat berjalan di computer dan mobile
anda. Sangat mudah di gunakan, setelah anda register di situsnya, anda hanya
perlu melakukan instalasi di komputer dan mobile anda. Setelah itu anda hanya
perlu menyalin semua file-file anda ke folder Dropbox dan akan otomatis
tersinkronisasi dengan mobile anda. Anda dapat menikmati layanan ini gratis
untuk 2GB.
Google Drive:
Jika anda memiliki Google Account maka anda dapat menikmati layanan ini secara
langsung. Cukup dengan melakukan instalasi aplikasi nya makan komputer, mobile
dan account Google anda akan tersinkronisasi. Aplikasi ini sangat cocok bagi
anda pengguna mobile yang berbasi Android. Anda dapat menikmasi layanan ini
secara gratis untuk 5GB.
Microsoft
Skydrive: Aplikasi ini dibuat oleh Microsoft, cara kerja nya sama
dengan Dropbox dan Google Drive, namun Skydrive ini memberikan keuntungan untuk
dapat membaca file-file Microsoft Office anda secara online dan dapat melakukan
perubahan menggunakan Office Online. Anda dapat menikmati layanan ini secara
gratis untuk 7GB.
Amazon CloudDrive: Aplikasi ini sangat cocok jika anda suka
membaca dan mendengarkan musik yang anda beli melakui Amazon. Jika anda membeli
eBook dan music melalui Amazon, anda dapat menyimpannya di CloudDrive ini, dan
dapat mengakses nya melalui Kindle, Android, iPhone dan komputer anda.
Apple iCloud: Layanan ini otomatis anda dapatkan jika anda
menggunakan semua produk Apple. Dengan menggunakan iCloud anda dapat sinkronisasi
file-file anda yang berada di komputer (iMac, Macbook, dll) ke mobile anda
(iPhone, iPad, dan iPod). Jika anda membeli musik dan film dari iTunes, maka
file-file tersebut akan tersinkronisasi secara langsung ke iCloud anda.
Sehingga anda dapat menikmatinya dari mana saja.
Perangkat Lunak Cloud Computing
Belakangan ini dikembangkan sebuah bentuk nyata dari
konsep Cloud Computing agar dapat diimplementasikan secara umum dan lebih luas,
seperti contoh berikut:
Ubuntu Enterprise Cloud (UEC)
Proxmox
OpenStack
OpenNebula
Eucalyptus
Engine utama dalam Cloud Computing sebetulnya adalah
aplikasi virtualisasi di sisi server, seperti:
KVM
QEMU
Xen
ARSITEKTUR CLOUD
Bagaimana install cloud?
ISO installer dapat diambil dari:
Ubuntu Enterprise Sloud
Proxmox
3.1 Perusahaan LMD (Lintas Media Danawa)
Lintas Media Danawa (LMD), anak perusahaan
Lintasarta, perusahaan ICT terkemuka di Indonesia saat ini, membawa teknologi cloud
computing ke Indonesia.jadi perusahaan ini melayani on demand cloud
computing dan private cloud
computing Di Indonesia.untuk biayanya juga tidak terlalu mahal yaitu
untuk layanan on demand cloud computing.
Langkah yang diambil oleh perusahaan ini menurut
saya sangat benar karena daripada membeli server baru, lebih baik
perusahaan-perusahaan menyewa server secara virtual. Tak perlu keluar banyak
biaya, menghemat biaya sampai 80 persen dan bebas biaya perawatan.Penghematan
yang diperoleh jika menggunakan cloud computing adalah rak yang dipakai untuk
server cukup 2 rak, sedangkan jika tidak menggunakan teknologi cloud computing,
perusahaan butuh lebih 10 rak.
Selain itu, dari sisi biaya, jauh lebih murah.
Perusahaan yang belum menggunakan teknologi ini harus membayar 2.000 dollar AS
per bulan untuk sewa server, sedangkan yang memanfaatkan teknologi ini cukup
membayar 40 dollar AS tergantung skalanya
3.2 PT Garuda Indonesia Tbk
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Garuda Indonesia Tbk
(GIAA) mengklaim dirinya sebagai badan usaha milik negara (BUMN) pertama yang
menggunakan teknologi informasi berbasis cloud computing dalam menunjang
kegiatan bisnisnya.
Direktur Teknik dan Teknologi Informasi Garuda Indonesia Iwan Joeniarto mengatakan, penggunaan cloud computing merupakan keharusan bagi maskapai pelat merah tersebut seiring dengan telah bergabungnya Garuda dalam aliansi SkyTeam.
Menurut Iwan kemitraan bisnis dengan berbagai maskapai lain di dunia mengharuskan Garuda untuk terus tersambung dengan maskapai mitranya tersebut.
“Sebagai anggota aliansi SkyTeam, Garuda juga terhubung dengan sistem 19 maskapai anggota lainnya yang dapat melayani penumpang untuk terbang ke lebih dari 1.052 destinasi di 177 negara,” ujar Iwan melalui keterangan pers, dikutip Sabtu (23/5).
Alasan lain yang dikemukakan Iwan adalah saat ini Garuda Indonesia Group mengoperasikan sebanyak 169 pesawat yang menerbangi 76 rute domestik dan internasional dengan lebih 600 frekuensi penerbangan setiap harinya.
Direktur Teknik dan Teknologi Informasi Garuda Indonesia Iwan Joeniarto mengatakan, penggunaan cloud computing merupakan keharusan bagi maskapai pelat merah tersebut seiring dengan telah bergabungnya Garuda dalam aliansi SkyTeam.
Menurut Iwan kemitraan bisnis dengan berbagai maskapai lain di dunia mengharuskan Garuda untuk terus tersambung dengan maskapai mitranya tersebut.
“Sebagai anggota aliansi SkyTeam, Garuda juga terhubung dengan sistem 19 maskapai anggota lainnya yang dapat melayani penumpang untuk terbang ke lebih dari 1.052 destinasi di 177 negara,” ujar Iwan melalui keterangan pers, dikutip Sabtu (23/5).
Alasan lain yang dikemukakan Iwan adalah saat ini Garuda Indonesia Group mengoperasikan sebanyak 169 pesawat yang menerbangi 76 rute domestik dan internasional dengan lebih 600 frekuensi penerbangan setiap harinya.
Selain itu, Garuda Indonesia saat ini juga telah
memiliki berbagai layanan transaksional digital berbasis e-commerce bagi
pengguna jasa, yang terdiri dari Garuda Online Sales (GOS), Online sales
Partnership (OSP) bersama online travel agency, Corporate Online System (COS)
berbasis business to business (B2B), hingga mobile apps untuk layanan reservasi
dan pembukuan.
Garuda Indonesia disebutnya memanfaatkan layanan
data on cloud dalam berbagai kegiatan operasional seperti layanan Passenger Service
System (PSS) khususnya reservasi, check-in, Garuda Miles (frequent flyer),
keuangan, dan layanan penjadwalan dan rotasi seluruh pesawat dan awak pesawat
Garuda Indonesia.
“Salah satu contoh penggunaan cloud computing di
Garuda adalah untuk menunjang kebutuhan operasional di lingkungan kerja
perusahaan, baik di kantor pusat maupun di lebih dari 76 kantor cabang di dalam
dan luar negeri. Ini adalah upaya perusahaan untuk meningkatkan layanannya
khususnya percepatan dan kemudahan layanan kepada para pengguna jasa,” katanya.
Cloud computing atau komputasi awan merupakan
gabungan pemanfaatan teknologi komputer dalam suatu jaringan dengan
pengembangan berbasis internet yang mempunyai fungsi untuk menjalankan program
atau aplikasi melalui komputer-komputer yang terkoneksi pada waktu yang sama.
Iwan menambahkan penggunaan internet berbasis cloud
computing akan memberikan keuntungan bagi Garuda khususnya meningkatkan
kapasitas penyimpanan data perusahaan tanpa harus mengeluarkan tambahan biaya
untuk investasi pembelian peralatan tambahan. Data juga dapat diakses secara
real-time oleh karyawan karena terkoneksi dengan internet.
“Selain itu, data juga lebih terjamin keamanannya apabila disimpan secara on cloud. Keamanan data perusahaan terlindungi khususnya ketika terjadi bencana alam,” ujar Iwan. (gen)
“Selain itu, data juga lebih terjamin keamanannya apabila disimpan secara on cloud. Keamanan data perusahaan terlindungi khususnya ketika terjadi bencana alam,” ujar Iwan. (gen)
3.3 Amazon.com, Inc.
Amazon.com, Inc. merupakan perusahaan yang bergerak
dalam bidang perdagangan berbasis online yang terbesar di dunia. Perusahaan
yang berkantor pusat di Seattle, Washington, Amerika Serikat ini pada awalnya
hanya menjual buku, namun sekarang telah bervariasi hingga merambah DVD, CD,
video dan download / streaming, MP3, software, video game, elektronik, pakaian,
furnitur, makanan, mainan, dan perhiasan. Pada bulan Juli 1994 Jeff Bezos mulai
mengembangkan perusahaan yang kemudian berbasis perusahaan online pada tahun
berikutnya dengan nama Amazon.com. Nama Amazon sendiri berasal dari nama sungai
terbesar di dunia.
Usaha ini merupakan jawaban dari Jeff Bezos untuk
ikut berpartisipasi dalam bisnis internet yang sedang berkembang saat itu.
Usaha ini diproyeksikan semakin berkembang secara pesat sehingga dia
memutuskan untuk keluar dari pekerjaan-nya sebagai wakil presiden D.E. Shaw,
sebuah perusahaan Wall Street. Setelah memperkirakan perkembangan perdagangan
melalui Web akan naik hingga 2.300%, dia pun mulai mendaftar 20 produk yang
bisa dipasarkan secara online. Produk tersebut antara lain compact disc (CD),
computer hardware, computer software, video, dan buku. Besarnya permintaan akan
buku membuat Jeff memutuskan bahwa toko online miliknya akan fokus menjual
buku.
Dalam dua bulan peluncurannya, Amazon telah menjual
produk-nya pada 50 kota di hampir lebih dari 45 negara. Pada bulan berikutnya,
penjualan-nya naik hingga mencapai 20.000 dollar AS tiap minggu. Pada Oktober
1995, perusahaan mulai mengumumkan penawaran sendiri ke publik. Dua tahun
kemudian, Amazon mulai mengeluarkan penawaran umum perdana saham pada tanggal
15 Mei 1997. Pada tahun 1998, Amazon tidak hanya terbatas pada penjualan buku
saja, namun mulai memperkenalkan DVD serta meluncurkan Advantage Program.
Amazon terus mengembangkan bisnis-nya dengan melakukan beberapa upaya, yakni
dengan menjalin kerjasama dengan Toys “R” Us pada tahun 2000, BookSurge LLC
pada tahun 2005, Zappos.com pada tahun 2009, LOVEFiLM International
Limited pada tahun 2011 dan beberapa perusahaan lainnya. Proses kerjasama ini
berdampak dengan semakin bervariasi-ya produk yang dijual di Amazon. Tak hanya
itu, Amazon juga telah membuka banyak program-program yang memanjakan para
konsumen-nya. Di antaranya meluncurkan 1-ClickTM yang memungkinkan
konsumen untuk membeli secara online dengan 1 klik, Amazon.com, Amazon
Web Services, Amazon Wedding, Amazon Connect, Amazon Simple Storage Service
(S3), Endless.com, Amazon Unbox on TiVo, dan beberapa program-program
menarik lainnya.
Sejak tahun 1998, Amazon telah membuka situs cabang
secara internasional yang pertama dirilis di Inggris dan Jerman. Hingga saat
ini Amazon telah memiliki bisnis online yang telah tersebar di negara-negara
besar di dunia, seperti Amerika Serikat, Kanada, Perancis, India, Italia,
Spanyol, Brazil, Jepang, China, Belanda, Swedia dan beberapa pengiriman ke negara
internasional lainnya.
Amazon.com dengan produknya EC2 (Elastic Computing Cloud) yang menyediakan layanan media penyimpanan dan penyewaan CPU yang dilengkapi dengan sistem operasi yang bisa disewa dengan hitungan jam. AMAZON EC2 SEBAGAI PIONEER DALAM Infrastructure as a Services (IaaS) sebuah layanan yang "menyewakan" sumberdaya teknologi informasi dasar, yang meliputi media penyimpanan, processing power, memory, sistem operasi, kapasitas jaringan dan lain-lain, yang dapat digunakan oleh penyewa untuk menjalankan aplikasi yang dimilikinya.
Amazon Elastic Compute Cloud (Amazon EC2) adalah
layanan web yang menyediakan kapasitas resizable menghitung di awan. Hal ini dirancang
untuk membuat web skala komputasi lebih mudah untuk pengembang.
Web sederhana Amazon EC2 interface layanan ini
memungkinkan untuk mendapatkan dan mengkonfigurasi kapasitas dengan gesekan
minimal.. Ini memberikan kontrol penuh terhadap sumber daya komputasi dan
memungkinkan menjalankan pada lingkungan komputasi terbukti Amazon. Amazon EC2
mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh dan boot kasus server baru ke
menit, memungkinkan dengan cepat skala kapasitas, baik atas dan bawah, seperti
persyaratan perubahan komputasi .. Amazon EC2 perubahan ekonomi dari komputasi
dengan memungkinkan untuk hanya membayar untuk kapasitas yang benar-benar
menggunakan.. Amazon EC2 menyediakan alat pengembang untuk membangun aplikasi
kegagalan ulet dan mengisolasi diri dari skenario kegagalan umum
3.4 PT Gramedia Media Asri
Untuk memudahkan rantai pasokan buku dan produk stationery-nya
di 102 Toko Buku Gramedia, Gramedia Media Asri mengganti sistem informasi ritel
buatannya dengan sistem best practice yang terintegrasi. Bagaimana
proses implementasi dan pemanfaatannya?
Tak gampang mengelola seratusan toko di berbagai
kota di seluruh Indonesia. Apalagi, jika pengelolaannya belum terpusat, laporan
dan data yang dibutuhkan datangnya selalu terlambat. Akibatnya, pengambilan
keputusan pun tidak bisa dilakukan secara instan.
Kerepotan tersebut pernah dialami PT Gramedia Media
Asri (GMA) sebagai pengelola jaringan Toko Buku (TB) Gramedia. Bagaimana tidak,
GMA harus mengelola 102 toko buku yang tersebar di berbagai kota di seluruh
Indonesia. Apalagi, ada sekitar 40 ribu judul buku (belum termasuk produk
stationery), dan 2.000 judul buku baru per bulan dari penerbit Kompas Gramedia
Group, yakni: Gramedia Pustaka Utama, Grasindo, Elex Media Komputindo,
Gramedia Widya Sarana, Bhuana Ilmu Populer, dan Gramedia Majalah. Di
samping itu, GMA juga mesti mengelola sekitar 2.000 pemasok buku dan stationery
dari penerbit luar.
Aleida Lilipaly, Manajer Sistem & TI GMA,
menjelaskan, sebelumnya untuk mengelola bisnis di jaringan TB Gramedia pihaknya
mengembangkan sendiri (in-house development) sebuah sistem inti yang
disebut Retail Business System. Untuk melengkapinya juga ada sistem point
of sales sebagai aplikasi admin di toko dan aplikasi Admin Keuangan. “Namun
sistem yang kami kembangkan itu bersifat lokal, tidak terintegrasi dan versinya
bisa berubah-ubah sesuai kepentingannya,” ungkapnya. “Jadi, kami kesulitan
mengumpulkan data yang diinginkan dan akibatnya kami tidak bisa mengambil
keputusan secara cepat.”
Sebagai contoh, ketika kantor pusat GMA butuh data
penjualan buku best seller, petugas dari kantor pusat mesti mengirim e-mail dengan
lampiran format Excel ke setiap toko. Dan begitu dikirim balik, formatnya bisa
berbeda-beda. Alhasil, datanya terpaksa mesti dikumpulkan dan dientri
ulang. Karena banyak, direksi baru bisa mendapatkan data tersebut paling
cepat dua minggu.
Akibat lebih jauh, sistem yang berciri lokal (island)
itu berpotensi memunculkan “raja-raja kecil” yang memiliki kewenangan luar
biasa. Maksudnya, selain sistemnya bersifat lokal, merchandising pun lokal.
Artinya, keputusan membeli dari seorang merchandiser (petugas pembelian) ada di
tiap toko. Dengan begitu, kepala toko memiliki wewenang membeli produk (buku
ataupun stationery) ke pemasok secara langsung. Mereka bisa berhubungan
langsung dengan pemasok, sehingga apa saja yang bisa masuk ke TB Gramedia
ditentukan oleh approval kepala toko, bukan dari kantor pusat (direksi).
Nah, melihat persoalan yang ternyata cukup serius
tersebut, pada 2009 GMA mulai mengganti sistemnya dengan Oracle Retail di sisi front
end. Sebab, pada bagian back end (keuangan), kebetulan sejak 2004
GMA sudah menggunakan aplikasi dari vendor yang sama.
Menurut Aleida, untuk mengimplementasikan solusi
tersebut dibutuhkan waktu setahun. Sebagian besarnya untuk menyiapkan agar
solusi itu bisa siap pakai di GMA. Dalam rentang waktu setahun itu dicari cara
supaya bisa match antara software tersebut dengan proses bisnis. Dengan kata
lain, pihaknya mengupayakan agar bisnis tetap jalan, tetapi aplikasinya tidak
perlu diubah (dikustomisasi). “Saya termasuk orang yang mengharamkan merombak
aplikasi yang sudah best practice. Takutnya malah bisa ‘dimain-mainkan’ seperti
aplikasi lokalan dulu,” ujarnya. “Jadi selama setahun itu lebih untuk
mencocokkan aplikasi pada bisnis dan bisnis pada aplikasi,” ia menegaskan.
Setelah dianggap siap, pada Agustus 2009 GMA
melakukan roll out sistem Oracle tersebut, dimulai dari Bandung sebagai proyek
percontohan. Untuk komunikasinya menggunakan jaringan Virtual Private Network
dari Telkom. Setelah Bandung, menyusul TB Gramedia di kawasan Jabodetabek, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Proses roll out
selesai pada Maret 2012. “Sekarang, karena sudah terintegrasi, maka semua
kegiatan bisnis di cabang sudah disentralisasi,” ucap Aleida. “Sekarang tidak
bisa ‘main-main’ lagi, karena semuanya diatur dari pusat. Toh, hingga saat ini
masih ada 6 toko di wilayah timur yang masih terkendala. Terutama karena
masalah pasokan listrik.”
Walaupun tidak mau menyebutkan angka pasti,
investasi yang mesti dibenamkan manajemen GMA untuk mengembangkan sistem
informasi yang terintegrasi itu di atas Rp 10 miliar. Ini sudah termasuk untuk
membayar jasa konsultannya, Accenture.
Sekarang, dari segi proses bisnis, yang memiliki
kewenangan menentukan pembelian atau pengadaan buku dan produk stationery
adalah unit merchandising kantor pusat. Dengan otoritas yang dimiliki, tim merchandising
pusat bisa menolak permintaan seorang kepala toko. Ia juga berwenang dalam
menentukan kelayakan buku atau barang yang bisa masuk ke TB
Gramedia. Unit kantor pusat ini juga punya otoritas memindahkan buku yang
tidak laku di toko A ke toko B yang memang penjualannya lebih baik. “Misalnya,
sebuah toko meminta buku Harry Potter, maka merchandising di pusat berhak
bilang tidak, karena berdasarkan pantauan, selama ini buku itu tidak pernah
laku di toko itu,” Aleida menjelaskan.
Ditopang sistem yang sudah terpadu, seorang merchandiser
memiliki hak akses yang luas untuk melihat data di seluruh toko. Setiap pagi
mereka akan memantau data di seluruh toko. Misalnya, mereka mendata semua buku best
seller. Lalu, memeriksa ketersediaan bukunya ada atau tidak. Dan, setelah
membuat purchase order (PO) dan sebagainya untuk semua buku best seller itu,
mereka masuk ke alat analisis lain. Misalnya, ada buku yang sudah dipasok
tetapi tidak laku, maka mereka akan mentransfernya ke toko lain. “Dengan alur
kerja seperti itu, tentunya memberi keuntungan. Buku atau barang pasti terjual,
karena kami bisa tahu mana pasarnya. Dan, tentunya, itu menguntungkan
bagi pemasok juga,” papar Aleida bersemangat.
Untuk memasok buku atau barang ke suatu toko buku, merchandiser
akan membuat PO di sistem. Lalu PO itu dikirimkan ke sebuah sistem aplikasi
hasil kerja sama dengan vendor lain, yakni B2B Indonesia. Ini semacam marketplace
untuk transaksi B2B (perusahaan dengan perusahaan). Sistem B2B Indonesia ini
tidak terkoneksi langsung ke sistem GMA. Jadi semua data PO yang dilempar ke
pemasok akan masuk dulu ke aplikasi B2B Indonesia. Nah pemasok tinggal
mengambil data PO tadi di sistem B2B ini. “Kami menggunakan jasa B2B Indonesia
agar pemasok bisa dengan mudah mengambil data. Itu mempercepat proses pengadaan
buku dan produk,” Aleida memberikan ulasan.
Setelah pemasok mengambil PO dari sistem B2B
Indonesia, sang pemasok akan mengirim buku ke gudang buku Gramedia di
Cipinang dan gudang stationery di Cakung. Selanjutnya, buku dan stationery tersebut
akan disebar ke berbagai TB Gramedia, sesuai dengan permintaan dan kuota yang
telah ditentukan tim merchandising pusat. Selanjutnya, pihak toko yang menerima
buku tersebut akan membuka aplikasi untuk mencocokkan antara pesanan dan
kiriman. Selanjutnya, melakukan cetak label di buku. Dan, tiga jam setelah
proses penerimaan selesai, buku akan dipajang di toko. “Itu proses untuk repeat
order,” ujar Aleida. Adapun untuk buku baru, pihak pemasoklah yang justru
akan mengirimkan datanya ke B2B Indonesia. Kami tinggal melihat dan
memilihnya,” ia menambahkan.
Diakui Aleida, setelah menggunakan sistem yang
terintegrasi, banyak manfaat yang diperoleh, baik pihak GMA maupun pemasok.
Terutama sekali, manajemen jadi lebih cepat dalam mengambil keputusan. Juga,
bisa mengambil barang dengan cepat, dan stok bisa dipindahkan ke toko mana
saja. Tadinya, bisa jadi satu item buku itu menjadi dead stock di suatu toko,
karena tidak tahu harus dipindahkan ke mana. “Memang data yang dihasilkan tidak
real time, tapi masih one day. Sebab, untuk bisnis ritel berat sekali kalau
harus real time. Bayangkan saja, transaksi di seluruh TB Gramedia mencapai
ribuan transaksi per harinya,” Aleida memberikan alasan.
Di sisi lain, pemasok pun diuntungkan. Sebagai
contoh, di TB Gramedia Gajahmada ada buku yang tidak laku, sehingga harus
diretur ke pemasok. Nah, pemasok yang baru terima returan, tiba-tiba harus
mengemas lagi karena ada pesanan dari TB Gramedia Matraman. “Sekarang pemasok hampir
tidak mengalami hal itu, karena kamilah yang akan memindahkannya,” ucapnya
bangga.
Tak berhenti di situ. Sejalan dengan perkembangan e-commerce
di Indonesia, GMA pun mengembangkan layanan online. Pada 2010, GMA memperkenalkan
situs e-commerce-nya, Gramedia Online (www.gramediaonline.com).
Menurut Aleida, sebenarnya GMA sudah mengembangkan
layanan online ini sejak 2002, dengan nama Gramedia Cyber. Namun, ketika itu layanan
online ini baru dikelola oleh TB Gramedia Mal Taman Anggrek (MTA). Lagi pula,
buku dan barang yang dijual Gramedia Cyber ini hanya yang ada di toko MTA.
“Karena sistemnya sudah terintegrasi, lalu kami kembangkan sehingga bisa
menjual seluruh produk di semua toko. Namanya pun diganti menjadi Gramedia
Online,” ungkap Aleida.
Untuk menjalankan layanan Gramedia Online (GO) ini,
pihak GMA memanfaatkan teknologi cloud computing berbasis Infrastructure as a
Service (IaaS) milik Microsoft Indonesia. Alasannya, pihaknya jadi tidak perlu
menyimpan server sendiri. Begitu pula, tenaga TI perusahaan tidak lagi perlu
direpotkan dengan proses back up server, pemeliharaan dan monitoring
operasionalnya. “Kami membuktikan bahwa tren komputasi baru di cloud computing
memang menghasilkan efisiensi besar bagi perusahaan, terutama yang menjalankan
bisnisnya secara online seperti kami,” kata Aleida.
“Setelah tidak lagi menggunakan on premise server,
kami dapat memangkas sedikitnya 30% biaya operasional karena dapat
mengeliminasi biaya perawatan web server dan biaya profesional tenaga T,” kata
Filemon Soukotta, Manajer Online Shopping Kompas Gramedia Group. “Cloud
computing juga bisa begitu fleksibel mengikuti pertumbuhan e-commerce di
Indonesia,” ia menambahkan.
Menurut Aleida, antara sistem GO dan sistem GMA ini
belum terintegrasi sepenuhnya. Untuk aplikasi Oracle Finance memang sudah
terintegrasi. Namun, untuk aplikasi Oracle Retail, dibuatkan interface.
“Interface ini dibuat atau diatur secara mingguan, harian atau per jam. Jadi
kalau dibilang terintegrasi, ya terintegrasi. Karena petugas GO bisa melihat
stok buku yang diminta pelanggan ada di toko buku mana saja,” katanya.
Untuk merancang situs e-commerce GO ini, pihak GMA
memercayakan kepada Indokart, perusahaan desain web berbasis di Amerika
Serikat. Sementara itu, untuk jasa ekspedisinya bekerja sama dengan JNE. Dan,
untuk metode pembayarannya, sekarang menggunakan metode payment gateway BCA –
yang sebelumnya dilakukan secara transfer atau via ATM. Jumlah transaksi online-nya
sejauh ini sekitar 150 transaksi per hari.
“Sekarang, sistem di Gramedia Online bisa menunjuk
toko mana saja yang bisa diambil stoknya,” kata Aleida. Jadi, ketika pelanggan
mencatatkan order, sistem di back end akan mengecek item yang dipesan
tadi. “Kami sih inginnya Gramedia Online bisa seperti Amazon,” ujar Aleida
lagi.
3.5 PT Infinys System Indonesia
Penyedia solusi cloud PT Infinys System Indonesia
dan PT Duta Kalingga Pratama (DKP) dengan solusi Auto Identification Data
Capture (AIDC) pada hari Senin (10/9) menjelaskan fokus bisnis mereka di
industri manufaktur. Untuk mengukuhkan niat tersebut, keduanya akan menggelar event
kolaborasi bertajuk “The Revolution of Cloud Solutions in Today’s Manufacturing
Environment” pada tanggal 4 Oktober 2012 di Hotel Aston Paramount, Serpong.
Dalam kesempatan yang sama, General Manager PT
Infinys System Indonesia Dondy Bappedyanto juga menjelaskan sejumlah keunggulan
yang ditawarkan Infinys kepada pelanggannya. Salah satunya adalah harga yang
kompetitif, yaitu mulai dari Rp35.000/bulan dengan hanya menawarkan layanan
email.
“Cloud merupakan komoditi yang harus bisa diakses
oleh seluruh lapisan masyarakat. Saat ini, fokus kami masih di segmen
enterprise, tetapi tahun depan kami akan menyasar kepada para end user,” ujar
Dondy.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Dondy mengaku masih
ada masalah dan tantangan yang harus mereka hadapi. Salah satu tantangan
terbesarnya adalah perbandingan harga cloud di Indonesia yang masih terhitung
lebih mahal dibanding di luar negeri. Namun, Dondy percaya stigma tersebut
dapat dihilangkan. Ia mengambil contoh langkah yang telah diambil industri
telekomunikasi dalam menghadirkan kartu perdana dengan harga yang jauh lebih
murah dibanding di luar negeri.
Solusi yang ditawarkan Infinys meliputi Software as
a Service (SaaS), Platform as a Service (PaaS), dan Infrastructure as a Service
(IaaS). SaaS terdiri dari solusi Communication & Colaboration untuk semua
kebutuhan komunikasi dan kolaborasi di perusahaan, PaaS meliputi layanan
SharePoint dan C2 Portal, sedangkan IaaS meliputi Cloud Server untuk Windows
dan Linux.
Sebagai tambahan, Dondy menyebutkan satu aplikasi
yang sedang dikembangkan Infinys untuk memudahkan proses backup otomatis.
Aplikasi tersebut nantinya akan berjalan di PC dan perangkat mobile
3.6 IBM SmartCloud
IBM Smart Cloud adalah panggilan untuk layanan Cloud
Computing dari IBM. Dengan semboyan ”IBM cloud computing : Rethink IT. Reinvent
business“. IBM dalam websitenya menuliskan bahwa “cloud computing
mengubah cara kita berfikir tentang teknologi. Cloud adalah sebuah model
komputasi yang menyediakan software berbasis web, middleware, dan sumber daya
komputasi sesuai dengan permintaan”.
Masih dilanjutkan dalam web IBM Smart Cloud
disebutkan bahwa “ Dengan membuat teknologi sebagai layanan, Kita bisa
memberikan pengguna hak akses yang hanya dibutuhkan untuk hal tertentu. Hal ini
mencegah kita untuk membayar apa yang tidak kita gunakan. Dengan menggunakan
cloud computing kita juga dapat melakukan penghematan biaya dengan mengizinkan
pengguna untuk mengakses penawaran terbaru dari software dan infrastruktur
untuk mendorong inovasi bisnis”.
Daftar Pustaka
http://www.cloudindonesia.or.id/apa-itu-ibm-smartcloud.html
Munif, Ahmad, “Apa itu IBM Smartcloud”, Tanggal Akses: 19 Desember 2015.
http://www.jagatreview.com/2012/09/pt-infinys-system-indonesia-hadirkan-solusi-cloud-untuk-industri-manufaktur/
Dimitria, Ernest, “PT Infinys System Indonesia Hadirkan Solusi Cloud untuk
Industri Manufaktur”,
Tanggal Akses: 19 Desember 2015
http://profil.merdeka.com/mancanegara/a/amazon/Home » blog » Apa Itu Amazon.com
& Sejarah Perkembangannya
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150523044119-92-55157/tunjang-bisnis-garuda-indonesia-manfaatkan-cloud-computing/
PutroAji, Gentur “Tunjangan Bisnis Garuda Indonesia Manfaatkan Cloud Computing”,
Tanggal Akses: 19 Desember 2015
http://purnomolamala.blogspot.co.id/2015/06/makalah-cloud-computing-terbaru-2016.html,
Lamala, Purnomo ” MAKALAH CLOUD COMPUTING TERBARU 2016”, Tanggal Akses: 19
Desember 2015
http://cloudindonesia.com/cloud-computing-dan-contoh-penerapan-dalam-perusahaan/,
Triwahyuni, Yulia “Cloud Computing dan Contoh Penerapan dalam Perusahaan”,
Tanggal Akses: 19 Desember 2015
http://zepbes.com/best-practice/cara-gramedia-mengelola-seratus-toko-buku/Penggunaan
Teknologi Web-Based Pada Toko Buku Gramedia,A Mohammad BS “Cara Gramedia
Mengelola Seratus Toko Buku”, Tanggal Akses: 19 Desember 2015.
Wahana Komputer. Kupas Tuntas Bermacam Aplikasi Generasi
Cloud Computing. Jakarta: Andi Publisher. Oktober 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar