TEORI RETORIKA
Menurut Plato, retorika adalah seni para retorikan untuk menenangkan jiwa
pendengar. Menurut Aristoteles, retorika adalah kemampuan retorikan untuk
mengemukakan suatu kasus tertentu secara menyeluruh melalui persuasi.
Dari simpulan diatas, retorika didefinisikan sebagai seni membangun
argumentasi dan seni berbicara (the art of constructing arguments and
speechmaking). Dalam perkembangannya retorika juga mencakup proses untuk
“menyesuaikan ide dengan orang dan menyesuaikan orang dengan ide melalui
berbagai macam pesan”.
KONSEP TEORI RETORIKA
Teori retrorika adalah sebuah teknik pembujuk rayuan secara persuasi untuk
menghasilkan bujukan dengan melalui karakter pembicara, emosional atau argumen.
Dalam kegiatan bertutur yang dilakukan orang dalam kehidupan bersama,
bermasyarakat dan berbudaya, orang selalu terlibat dengan masalah-masalah
retorika. Setiap orang memanfaatkan retorik ini menurut kemampuannya
masing-masing. Ada yang memanfaatkannya secara spontan atau yang sudah ditata,
ada yang mengikuti cara-cara pemanfaatan yang sudah menjadi tradisi dan ada
pula yang memanfaatkannya dengan penuh perhitungan atau secara terencana.
Retorika memainkan peranan yang sangat penting dalam setiap kegiatan
bertutur. Dikatakan demikian karena Retorik di satu pihak memberikan gambaran
pemahaman yang lebih baik tentang manusia dalam hubungannya dengan kegiatan
bertuturnya, sedangkan di pihak lain retorik membimbing orang membuat tuturnya
lebih gamblang, lebih memikat dan lebih meyakinkan.
Asumsi-asumsi Teori Retorika
Ada 2 asumsi yang terdapat teori retorika, yaitu :
a. Public speaker atau pembicara yang efektif perlu
mempertimbangkan khalayak mereka. Asumsi ini mengarah kepada konsep analisis
khalayak (audience analysis).
b. Public speaker atau pembicara yang efektif menggunakan sejumlah
bukti-bukti dalam presentasinya. Bukti-bukti yang dimaksudkan ini merujuk pada
cara-cara persuasi yaitu :
1. Ethos adalah tampilan karakter dan kredibilitas
pembicara yang dapat mempersuasi audiens sehingga mereka peduli dan percaya
kepada pembicara. Etos merupakan metode yang paling efektif untuk
membentuk karakter pembicara sebagai persuader yang membangkitkan sikap kritis
audiens agar mereka percaya terhadap berbagai argument yang diucapkan.
2. Pathos adalah keterampilan pembicara untuk mengelola
emosi ketika ia berbicara didepan public. Pada umunya para retorik ketika
berpidato memakai metafora(perumpamaan), amplification(seni menampilkan suara
baik dalam volume maupun intonasi), storytelling(pesan yang disampaikan dengan
tuturan) yang menggugah perasaaan audiens.
3. Logos adalah pengetahuan yang luas dan mendalam
tentang apa yang akan dikomunikasikan, dimana struktur pesan yang akan
disampaikan itu harus logis dan rasional dan berbasis pada kekuatan
argumentasi, dan pesan ini harus disampaikan secara induktif dan deduktif. Yang
dimaksud dengan inductive reasoning adalah penyampaian pesan
berdasarkan historis dan hipotesis, sehingga membuat audiens dapat menarik
kesimpulan umum. Sedangkandeductive reasoning adalah menghendaki
agar seorang persuader merumuskan pesan dalam bentuk proposisi umum, sehingga
membuat audiens dapat menarik kesimpulan-kesimpulan khusus.
Macam-Macam Cara Memanfaatkan Retorika
Pada dasarnya ada tiga macam cara orang memanfaatkan retorika, yang antara
lain:
- Secara Spontan atau
Intuisif
Dalam kehidupan bertutur sehari-hari, pada umumnya orang memanfaatkan
retorika itu secara spontan. Lebih-lebih lagi kalau topik tuturnya hanya
merupakan topik basa-basi saja, atau masalah-masalah lain yang sedang ngetren dalam
pergaulan sehari-hari. Dalam situasi serupa ini, penutur tidak begitu banyak
menghabiskan waktu dan tenaganya untuk memilih materi bahasa, karena hanya
bersifat spontan saja, dan memang situasi tutur memungkinkan mereka bertindak
demikian.
- Secara Tradisional atau
Konvensional
Pemanfaatan retorika secara tradisional, bukan hanya ada pada masa-masa
lampau saja. Di tengah-tengah kehidupan modern sekarang ini pun masih
berkembang kebiasaan-kebiasaan bertutur yang tradisional. Misalnya saja dalam
rapat-rapat atau pertemuan-pertemuan formil lainnya, sementara orang yang
diberi kesempatan berbicara merasa perlu menyebut nama deretan pejabat yang
hadir; mengucapkan terima kasfih banyak-banyak atas kesempatan yang diberikan;
dan lain sebagainya. Kebiasaan yang demikian ini agaknya sudah mentradisi dalam
bertutur resmi pada dewasa ini.
- Pemanfaatan
Retorika Secara Terencana
Yang dimaksudkan pemanfaatan terencana dalam hal ini ialah penggunaan
retorika yang direncanakan sebelumnya secara sadar diarahkan ke suatu tujuan
yang jelas. Misalnya bidang politik, bidang usaha/ekonomi, karyawan bahasa,
bidang kesenian bidang pendidikan, dan lain sebagainya. Sebagai contoh adalah
seorang yang berceramah ataupun sedang berorasi.
MODEL RETORIKA pada Web Content
Contoh model retorika dalam web:
Contoh di atas merupakan Logos hanya berupa pesan teks
yang masih terkandung dalam halaman web. Halaman web masih terkesan sangat
kaku.
Contoh di atas merupakan Ethos pada halaman web merupakan
identitas dari web tersebut yang disajikan oleh penulis atau pembuat web
sebagai situs buatannya. dapat berupa warna, lambang dan ciri khas lainnya.
Contoh di atas merupakan Pathos yang merupakan emosi atau
rasa yang ingin ditampilkan dalam suatu situs web. Pathos dapat mempengaruhi
emosi para audiens ketika menjelajahi situs web yang diaksesnya.
segitiga retoris membawa kemampuan memahami bagaimana masing-masing banding
retorika dan memungkinkan untuk memvisualisasikan hubungan websites dalam
kategori yang sama dan apa yang membuat hal tersebut dapat berbeda dari orang
lain.
tidak peduli bagaimana web akan berkembang sebagai media komunikasi,
retorika selalu hadir sebagai alat bantu yang efektif bagi para arsitektur web.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar