Sabtu, 09 April 2016

WEB CONTENT: MODEL RETORIKA


TEORI RETORIKA
Menurut Plato, retorika adalah seni para retorikan untuk menenangkan jiwa pendengar. Menurut Aristoteles, retorika adalah kemampuan retorikan untuk mengemukakan suatu kasus tertentu secara menyeluruh melalui persuasi.
Dari simpulan diatas, retorika didefinisikan sebagai seni membangun argumentasi dan seni berbicara (the art of constructing arguments and speechmaking). Dalam perkembangannya retorika juga mencakup proses untuk “menyesuaikan ide dengan orang dan menyesuaikan orang dengan ide melalui berbagai macam pesan”.

KONSEP TEORI RETORIKA
Teori retrorika adalah sebuah teknik pembujuk rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui karakter pembicara, emosional atau argumen. Dalam kegiatan bertutur yang dilakukan orang dalam kehidupan bersama, bermasyarakat dan berbudaya, orang selalu terlibat dengan masalah-masalah retorika. Setiap orang memanfaatkan retorik ini menurut kemampuannya masing-masing. Ada yang memanfaatkannya secara spontan atau yang sudah ditata, ada yang mengikuti cara-cara pemanfaatan yang sudah menjadi tradisi dan ada pula yang memanfaatkannya dengan penuh perhitungan atau secara terencana.
Retorika memainkan peranan yang sangat penting dalam setiap kegiatan bertutur. Dikatakan demikian karena Retorik di satu pihak memberikan gambaran pemahaman yang lebih baik tentang manusia dalam hubungannya dengan kegiatan bertuturnya, sedangkan di pihak lain retorik membimbing orang membuat tuturnya lebih gamblang, lebih memikat dan lebih meyakinkan.

Asumsi-asumsi Teori Retorika
Ada 2 asumsi yang terdapat teori retorika, yaitu :
a.       Public speaker atau pembicara yang efektif perlu mempertimbangkan khalayak mereka. Asumsi ini mengarah kepada konsep analisis khalayak (audience analysis).
b.      Public speaker atau pembicara yang efektif menggunakan sejumlah bukti-bukti dalam presentasinya. Bukti-bukti yang dimaksudkan ini merujuk pada cara-cara persuasi yaitu :

1.      Ethos adalah tampilan karakter dan kredibilitas pembicara yang dapat mempersuasi audiens sehingga mereka peduli dan percaya kepada pembicara. Etos merupakan metode yang paling efektif untuk membentuk karakter pembicara sebagai persuader yang membangkitkan sikap kritis audiens agar mereka percaya terhadap berbagai argument yang diucapkan.
2.      Pathos adalah keterampilan pembicara untuk mengelola emosi ketika ia berbicara didepan public. Pada umunya para retorik ketika berpidato memakai metafora(perumpamaan), amplification(seni menampilkan suara baik dalam volume maupun intonasi), storytelling(pesan yang disampaikan dengan tuturan) yang menggugah perasaaan audiens.
3.      Logos adalah pengetahuan yang luas dan mendalam tentang apa yang akan dikomunikasikan, dimana struktur pesan yang akan disampaikan itu harus logis dan rasional dan berbasis pada kekuatan argumentasi, dan pesan ini harus disampaikan secara induktif dan deduktif. Yang dimaksud dengan inductive reasoning adalah penyampaian pesan berdasarkan historis dan hipotesis, sehingga membuat audiens dapat menarik kesimpulan umum. Sedangkandeductive reasoning adalah menghendaki agar seorang persuader merumuskan pesan dalam bentuk proposisi umum, sehingga membuat audiens dapat menarik kesimpulan-kesimpulan khusus.

Macam-Macam Cara Memanfaatkan Retorika
Pada dasarnya ada tiga macam cara orang memanfaatkan retorika, yang antara lain:
  1. Secara Spontan atau Intuisif
Dalam kehidupan bertutur sehari-hari, pada umumnya orang memanfaatkan retorika itu secara spontan. Lebih-lebih lagi kalau topik tuturnya hanya merupakan topik basa-basi saja, atau masalah-masalah lain yang sedang ngetren dalam pergaulan sehari-hari. Dalam situasi serupa ini, penutur tidak begitu banyak menghabiskan waktu dan tenaganya untuk memilih materi bahasa, karena hanya bersifat spontan saja, dan memang situasi tutur memungkinkan mereka bertindak demikian.
  1. Secara Tradisional atau Konvensional
Pemanfaatan retorika secara tradisional, bukan hanya ada pada masa-masa lampau saja. Di tengah-tengah kehidupan modern sekarang ini pun masih berkembang kebiasaan-kebiasaan bertutur yang tradisional. Misalnya saja dalam rapat-rapat atau pertemuan-pertemuan formil lainnya, sementara orang yang diberi kesempatan berbicara merasa perlu menyebut nama deretan pejabat yang hadir; mengucapkan terima kasfih banyak-banyak atas kesempatan yang diberikan; dan lain sebagainya. Kebiasaan yang demikian ini agaknya sudah mentradisi dalam bertutur resmi pada dewasa ini.
  1. Pemanfaatan Retorika Secara Terencana
Yang dimaksudkan pemanfaatan terencana dalam hal ini ialah penggunaan retorika yang direncanakan sebelumnya secara sadar diarahkan ke suatu tujuan yang jelas. Misalnya bidang politik, bidang usaha/ekonomi, karyawan bahasa, bidang kesenian bidang pendidikan, dan lain sebagainya. Sebagai contoh adalah seorang yang berceramah ataupun sedang berorasi.

MODEL RETORIKA pada Web Content
Contoh model retorika dalam web:

Contoh di atas merupakan Logos hanya berupa pesan teks yang masih terkandung dalam halaman web. Halaman web masih terkesan sangat kaku.


Contoh di atas merupakan Ethos pada halaman web merupakan identitas dari web tersebut yang disajikan oleh penulis atau pembuat web sebagai situs buatannya. dapat berupa warna, lambang dan ciri khas lainnya.

Contoh di atas merupakan Pathos yang merupakan emosi atau rasa yang ingin ditampilkan dalam suatu situs web. Pathos dapat mempengaruhi emosi para audiens ketika menjelajahi situs web yang diaksesnya.
segitiga retoris membawa kemampuan memahami bagaimana masing-masing banding retorika dan memungkinkan untuk memvisualisasikan hubungan websites dalam kategori yang sama dan apa yang membuat hal tersebut dapat berbeda dari orang lain.
tidak peduli bagaimana web akan berkembang sebagai media komunikasi, retorika selalu hadir sebagai alat bantu yang efektif bagi para arsitektur web.

DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar